NUBANDUNG.ID -- Dengan tahun yang baru ini, semoga kita semua memiliki semangat yang baru juga. Tentunya semangat dalam hal yang baik, halal, berkah dan diridhai Allah swt. Karena Allah swt sangat mencintai hamba-hambanya yang penuh semangat dalam kebaikan. Sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 7
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ ۗوَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَاۗ فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ الْاٰخِرَةِ لِيَسٗۤـُٔوْا وُجُوْهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوْهُ اَوَّلَ مَرَّةٍ وَّلِيُتَبِّرُوْا مَا عَلَوْا تَتْبِيْرً
Artinya: Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai. (QS. Al-Isra [17]: 7).
Dengan sikap optimis untuk berbuat baik, maka dampaknya bukan hanya kepada diri kita sendiri, tetapi juga kepada orang lain yang ada di sekitar kita. Hal tersebut senada dengan firman Allah swt yang tercantum dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8:
وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya: Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya, dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. (QS. Al-Zalzalah [99]: 7-8).
Bebarap ayat di atas, menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang memgajarkan kepada umatnya untuk hidup penuh dengan optimisme, karena dengan optimisme akan menjadikan kemajuan yang gemilang bagi umat manusia pada umumnya dan kepada Islam khususnya. Kitab suci Al-Qur’an memandang optimisme sebagai sebuah faktor penting dalam menggerakkan kehidupan umat manusia. Sehingga banyak dalil-dalil yang menyokong bagi keyakinan dan semangat umat Islam, sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Paling tidak dtemukan empat Ciri orang mukmin yang memiliki optimisme.
Pertama, Seorang mukmin yang memiliki optimisme dalam hidup, berarti ia memiliki keteguhan dan keimanan.
Islam mengajarkan umatnya untuk memiliki keteguhan dalam menjalankan hidup, dan Al-Qur’an banyak memberikan tuntunan tentang hal ini. Salah satu aspek penting adalah kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan, sebagaimana tercermin dalam surat Al-Anfal ayat 46.
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
Artinya: :Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal [8]: 46).
Ayat ini memberikan Pesan Penting untuk Kehidupan: 1) Ketaatan pada ajaran agama adalah kunci keberhasilan dalam hidup; 2) Persatuan dan kebersamaan sangat penting dalam membangun kekuatan dan menghadapi tantangan; 3) Kesabaran dalam menghadapi masalah akan mendatangkan pertolongan Allah. Selain itu, Al-Qur’an juga menekankan pentingnya tawakal, yaitu berserah diri kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin.
Islam mengajarkan kepada kita, bahwa kita sebagai umat Islam harus memiliki keteguhan dalam menjalankan hidup. Keteguhan tersebut harus menjadi prinsip dasar dari hidup kita, karena tanpa pondasi yang kokoh kita hanya akan terobang-ambing tanpa tujuan yang jelas. Rasulullah saw juga bersabda:
لا تكُونُوا إمَّعةً تقولُونَ: إنْ أحسنَ النَّاسُ أحسنَّا وإنْ ظلمُوا ظلمْنَا، ولكِنْ وطِّنُوا أنفسكم إن أحسنَ النَّاسُ أنْ تُحسِنُوا وإنْ أساءُوا فلا تظلِمُوا
Artinya: Janganlah kalian menjadi imma’ah, yaitu kalian mengatakan: ‘Jika manusia berbuat baik, kami pun akan ikut berbuat baik; jika mereka berbuat kezaliman, kami pun juga akan berbuat zalim’. Akan tetapi, teguhlah dalam berpendirian. Jika manusia berbuat baik, kalian juga berbuat baik, jika mereka berbuat buruk, maka jangan kalian ikut larut berlaku zalim.
Kedua, Seorang mukmin yang memiliki optimisme dalam hidup berarti ia termasuk kategori seorang mukmin yang kuat.
Sedangkan mukmin yang kuat akan dicintai oleh Allah. Hal ini diterangkan oleh Rasulullah dalam sabdanya:
لْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا . وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Artinya: Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah dalam hal-hal yang membawa manfaat bagimu. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi lemah. Jika kamu tertimpa suatu musibah, maka jangan kau katakan: ‘Seandainya aku lakukan demikian dan demikian’. Akan tetapi katakanlah: ‘Ini sudah menjadi takdir Allah. Setiap apa yang telah Dia kehendaki pastilah terjadi.’ Karena sesungguhnya perkataan ‘seandainya’ dapat membuka pintu setan.”
Kuat, berati pula, memiliki semangat hidup yang tinggi, berarti kita telah berikhtiar dalam hidup. Dengan berikhtiar tersebut menjadikan kita sebagai hamba yang tidak ingin menjadi pemalas dan meminta-minta kepada seseorang, dan selayaknya kita ingin menjadi seseorang yang selalu memberi. Rasulullah saw bersabda tentang kebaikan tangan di atas dari pada yang di bawah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim:
اليَدُ العُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى، فَاليَدُ العُلْيَا: هِيَ المُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى: هِيَ السَّائِلَةُ
Artinya: Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah. Tangan di atas yaitu pemberi, sedang tangan di bawah yaitu peminta (HR Bukhari dan Muslim).
Ketiga, Seorang mukmin yang memiliki optimisme yakni Memiliki Harapan Masa Depan.
Salah satu contoh lagi yakni dalam surat Yunus yang menjelaskan bahwa harapan terhadap masa depan di dunia dan akhirat menyebabkan manusia berperilaku baik. Harapan itulah yang memperbaharui dan memperbaiki kualitas perilakunya. Dunia adalah tempat ujian bagi manusia. Sekaligus juga sebagai tempat untuk memperbanyak keutamaan sebagai bekal di akhirat kelak. Kisah Nabi Yunus as menjadi contoh yang baik di dalam Al-Qur’an, untuk memberikan gambaran tentang sikap optimis. Karena pada umumnya manusia di makan oleh ikan akan mati, tetapi dengan sikap optimis dan tawakal yang tinggi serta diirngi dengan doa, hidup yang mustahil menjadi ada karena izin Allah swt. Dengan perasaan optimisnya lah, ia berdoa kepada Allah swt, dan Allah pun mengabulkan doanya. Surat Yunus, khususnya ayat 63,
الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
Artnya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa” (QS. Ynus [10]: 63).
Ayat tersebut menjelaskan tentang orang-orang yang beriman dan bertakwa, yang mengharapkan pertemuan dengan Allah dan meyakini adanya balasan di akhirat. Ayat ini menekankan bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan terhindar dari siksa neraka di akhirat. Dengan demikian, Surat Yunus 63, memberikan dorongan kuat bagi manusia untuk berperilaku baik dengan mengharapkan balasan baik di dunia dan akhirat, serta menjauhi segala bentuk perbuatan yang dapat mendatangkan kerugian di dunia maupun di akhirat.
Keempat, Seorang mukmin yang memiliki optimisme yakni Memiliki Ketabahan dalam Hidup.
Ketika kita memiliki sikap optimism aka kita juga akan tabah dengan cobaan yang akan datang, karena sesuatu tidak akan lulus jika tidak teruji prinsipnya. Tetapi ketika ia tabah dan selalu menggantungkan diri kepada Allah, maka Allah akan memberikan ganjaran yang besar, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Qur’an Artinya: Dan sungguh kami uji kalian dengan sedikit rasa ketakutan, lapar, kekurangan harta benda, jiwa, buah buahan. Dan berilah kabar gembira orang orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ditimpa musibah, mereka mengatakan ‘Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang mendapatkan hidayah, Firman Allah dalan Al-Qur’an Surah Al-Baqarah: 155-157:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ، الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Artinya: Dan sungguh kami uji kalian dengan sedikit rasa ketakutan, lapar, kekurangan harta benda, jiwa, buah buahan. Dan berilah kabar gembira orang orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang ditimpa musibah, mereka mengatakan ‘Sesungguhnya kami milik Allah, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya. Mereka itulah orang yang akan mendapatkan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang mendapatkan hidayah (QS Al-Baqarah [2]:155-157).
Dari ayat di atas kita bisa telaah bersama, yang Namanya hidup itu selalu berubah-ubah. Roda kehidupan selalu berputar, kadang senang, kadang susah, kadang baik, kadang juga buruk. Semua perubahan tersebut bisa dikatakan sebagai ujian dari Allah swt agar iman kita bisa menjadi tebal, kedekatan kita kepada Allah akan selalu bertambah. Jika mendapat kebaikan kita selayaknya bersyukur, dan ketika mendapatkan keburukan kita seleyaknya bersabar, takawal dan berdoa kepada Allah swt. Hal ini juga senada dengan redaksi di dalam kitab matan al-Kharidah al-Bahiyyah, Syekh Ahmad Dardir mendendangkan sebuah syair:
وَكُنْ عَلَى آلَائِهِ شَكُوْرًا، وَكُنْ عَلَى بَلاَئِهِ صَبُوْرًا
Artinya: Dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat Allah, dan bersabarlah atas cobaan-cobaan-Nya.
Semoga menjadikan kita sebagai hamba yang selalu memiliki optimisme hidup yang tinggi, terutama di tahun yang baru ini. Semoga Allah swt memberikan kita kesabaran dalam menghadapi segala cobaan, sehingga kita bisa menjadi hamba yang lebih baik lagi