NUBANDUNG.ID -- Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, karena hanya dengan takwa hidup kita akan mendapatkan keberkahan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat. Ketakwaan pula yang menjadi kunci penting dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan yang telah dianugerahkan Allah kepada bangsa kita melalui perjuangan para pahlawan. Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga amanah besar untuk membangun kehidupan bangsa yang adil, makmur, dan diridai Allah.
Ketakwaan pula yang menjadi kunci penting dalam menjaga dan mengisi kemerdekaan yang telah dianugerahkan Allah kepada bangsa kita melalui perjuangan para pahlawan. Kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga amanah besar untuk membangun kehidupan bangsa yang adil, makmur, dan diridai Allah. Allah berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.” (QS An-Nahl: 90).
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Saat ini kita berada pada bulan Agustus 2025 yang merupakan momentum perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia. Pada tahun ini, HUT RI mengangkat tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”. Tema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju” mengandung makna mendalam tentang cita-cita bangsa Indonesia. Secara harfiah, “Bersatu” menekankan pentingnya persatuan dalam keberagaman. “Berdaulat” menunjukkan kemandirian bangsa dalam menentukan arah dan nasibnya sendiri. “Rakyat Sejahtera” menyoroti tujuan utama pembangunan yaitu meningkatkan kualitas hidup seluruh rakyat. Terakhir, “Indonesia Maju” menjadi visi besar bangsa untuk mencapai kemajuan di berbagai bidang.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Visi “Indonesia Maju” dalam tema HUT RI ke-80 sejalan dengan misi Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Untuk mewujudkan “Indonesia Maju” yang sejalan dengan “rahmatan lil ‘alamin”, diperlukan tiga pilar utama: persatuan yang kokoh, kedaulatan yang bermartabat, dan kesejahteraan yang merata”:
Pilar Pertama; Persatuan yang Kokoh; Persatuan adalah fondasi kokohnya umat dan bangsa. Tanpa persatuan, sebesar apa pun sumber daya dan potensi yang dimiliki, akan mudah hancur karena perpecahan. Dalam konteks Indonesia, persatuan berarti menjaga harmoni di tengah perbedaan suku, bahasa, budaya, dan agama, selama berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diridai Allah. Allah ﷻ berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa tali pengikat terkuat adalah agama Allah, yakni tauhid dan akhlak mulia. Persatuan yang kokoh bukan hanya sebatas ikatan emosional atau kepentingan sementara, tetapi bersumber dari iman yang menuntun kita untuk saling mengasihi, menghormati, dan membantu dalam kebaikan.
Sejarah menunjukkan, ketika umat Islam bersatu di bawah nilai tauhid, mereka mampu mengangkat peradaban yang maju, berilmu, dan bermartabat. Sebaliknya, perpecahan melemahkan daya tawar dan memudahkan musuh mengambil alih kekuatan. Dalam membangun “Indonesia Maju” yang menjadi rahmatan lil ‘alamin, kita wajib menolak segala bentuk provokasi yang memecah belah. Umat diajak untuk mempererat ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah. Persatuan ini harus dijaga mulai dari keluarga, lingkungan, hingga skala nasional.
Maka, mari kita jadikan ukhuwah sebagai kekuatan strategis bangsa. Dengan hati yang lapang, kita saling memaafkan, menghargai perbedaan, dan menempatkan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Persatuan yang kokoh adalah langkah awal menuju kemajuan yang diridai Allah.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Pilar Kedua: Kedaulatan yang Bermartabat; Kedaulatan yang bermartabat berarti kemampuan bangsa untuk berdiri tegak, mengatur urusan sendiri, dan tidak mudah diintervensi oleh pihak luar. Al-Qur’an mengajarkan agar umat beriman tidak tunduk pada tekanan yang menjatuhkan martabat, sebab kemuliaan hanya ada pada iman, ketaatan, dan keberanian menegakkan kebenaran. Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan janganlah kamu berhati lemah, dan janganlah bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu beriman.” (QS. Ali ‘Imran [2]:139).
Ayat ini meneguhkan bahwa kemuliaan bangsa lahir dari keimanan yang kokoh. Umat yang beriman akan menjunjung tinggi keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab. Mereka tidak mudah tergiur oleh keuntungan sesaat yang merugikan kepentingan jangka panjang. Kedaulatan juga berarti menjaga sumber daya alam agar dikelola untuk kesejahteraan rakyat, bukan dikuasai segelintir pihak atau asing. Selain itu, kedaulatan bermartabat membutuhkan pemimpin yang amanah, rakyat yang cerdas, dan sistem hukum yang adil.
Indonesia sebagai negeri yang kaya sumber daya dan beragam potensi harus menjaga kedaulatannya di bidang politik, ekonomi, budaya, dan keamanan. Kehilangan kedaulatan berarti membuka pintu penjajahan dalam bentuk baru kolonialisme modern yang dapat merusak nilai dan jati diri bangsa. Untuk mewujudkan “Indonesia Maju” sebagai rahmatan lil ‘alamin, kedaulatan harus dijaga dengan memperkuat kemandirian, membangun industri strategis, dan mengedepankan diplomasi yang tegas namun santun. Kedaulatan bukan sekadar simbol, tetapi prinsip hidup yang membuat bangsa berdiri tegak di hadapan dunia dengan penuh harga diri.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Pilar Ketiga: Kesejahteraan yang Merata; Kesejahteraan yang merata adalah cita-cita luhur bangsa dan amanah syariat Islam. Dalam pandangan Islam, kekayaan adalah titipan Allah yang harus dikelola untuk kemaslahatan seluruh umat, bukan hanya segelintir orang. Ayat ini menegaskan bahwa distribusi kekayaan harus adil, sehingga setiap lapisan masyarakat mendapat manfaat dari pembangunan. Allah ﷻ berfirman:
لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ
“…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu…” (QS. Al-Hasyr [59]: 7).
Ayat ini ” menegaskan pentingnya distribusi kekayaan yang adil dan merata dalam masyarakat Islam. Ayat ini mengingatkan agar harta tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang kaya, tetapi juga didistribusikan kepada mereka yang membutuhkan.
Dalam konteks Indonesia, kesejahteraan merata berarti menghapus kesenjangan antara kota dan desa, pusat dan daerah, kaya dan miskin. Pemerataan bukan berarti semua orang memiliki jumlah harta yang sama, tetapi setiap warga memiliki akses yang layak terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Keadilan ekonomi adalah pilar utama menuju “Indonesia Maju” yang menjadi rahmatan lil ‘alamin. Islam memerintahkan zakat, infak, sedekah, dan wakaf untuk mengalirkan harta kepada yang membutuhkan. Dengan demikian, potensi kemiskinan dapat ditekan dan peluang usaha terbuka lebar bagi semua. Sejarah membuktikan, umat Islam pernah membangun masyarakat yang hampir bebas dari kemiskinan di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz karena penerapan distribusi kekayaan yang adil. Maka untuk mewujudkan kesejahteraan merata, diperlukan kebijakan publik yang berpihak pada rakyat kecil, penguatan ekonomi lokal, dan pembinaan kewirausahaan berbasis syariah. Semua pihak pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat harus berperan aktif.
Kesejahteraan yang merata akan melahirkan masyarakat yang damai, produktif, dan penuh rasa syukur. Inilah salah satu wujud nyata rahmat Allah bagi seluruh alam.
Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Visi “Indonesia Maju” dalam tema HUT RI ke-80 sejalan dengan misi Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil ‘alamin). Kemajuan bukan hanya diukur dari pembangunan fisik, tetapi juga dari kemajuan moral, ilmu pengetahuan, teknologi, dan akhlak bangsa. Negara yang maju adalah negara yang rakyatnya beriman, berilmu, bekerja keras, saling membantu, serta menjunjung tinggi keadilan.
Momentum HUT Ke-80 Republik Indonesia menjadi pengingat bahwa kemerdekaan adalah amanah besar yang harus dijaga melalui persatuan yang kokoh, kedaulatan yang bermartabat, dan kesejahteraan yang merata. Sejalan dengan ajaran Islam, semua elemen bangsa hendaknya terus bekerja sama membangun Indonesia yang kuat, adil, dan makmur, menuju cita-cita Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, negeri yang baik dan mendapat ampunan Allah. Amin.
A. Rusdiana, Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung