NUBANDUNG.ID -- Saya heran pada management Pertamina. Setelah Kejaksaan Agung membongkar kasus oplosan, tak ada upaya besar-besaran untuk mengembalikan kepercayaan publik agar kembali ke SPBU Pertamina, tak ada re-branding.
Ada sih permintaan maaf Maret lalu dari Dirut Pertamina Simon Aloysius Mantiri, tapi sudah saja berhenti di permintaan maaf. DIreksi Pertamina yang rata-rata take home pay-nya Rp 4 miliar /bulan (menurut anggota DPR Mufti Ahmad) itu tak melakukan program pengembalian kepercayaan publik, tak ada rebranding besar-besaran. Padahal masyarakat dirugikan (untuk tidak mengatakan ditipu) sebesar Rp 986,5 triliun! Kalau kata urang Sunda: direksi Pertamina damang we. :D Untung saja tak ada class action.
Karena tak ada upaya public relation yang baik, sebagian masyarakat beralih ke SPBU swasta. Mereka tak percaya pada pertamax. Harga lebih tinggi, tapi tak lebih dari 1000 perak. Pertamax Rp 12.500/l, di SPBU Shell Rp 12.920. Bagi pemilik sepeda motor, beli lima liter saja cuma nambah 5000 perak. Kalau pemilik mobil beli pertamax 30 liter, dia cuma mengeluarkan kelebihan Rp 12.600, setara dengan dua kali uang parkir.
Mengapa mau beli lebih mahal?
Nah...kata pakar marketing Dr. Phillip Klaus, ini soal kedamaian hati (peace of mind). Pemilik kendaraan mau bayar lebih mahal karena merasa tenang, mesinnya tak akan cepat rusak. Kalau ke bengkel, biayanya besar. Klaus menegaskan bahwa kualitas pengalaman pelanggan tidak hanya ditentukan oleh produk, tetapi terutama oleh ketenangan pikiran, momen kebenaran, serta kemampuan pelanggan mencapai tujuan. Ketenangan pikiran memberi dampak terbesar pada kepuasan, loyalitas, dan rekomendasi, diikuti momen kebenaran.
Kalau sekarang SPBU swasta (di atau ter?) paksa membeli BBM dar Pertamina, apakah konsumen SPBU swasta akan meraih peace of mind nggak ya?
Saya sih khawatirnya masyarakat jadi sebel saja. Sudah dibikin kesel di sana sini, peace of mind-nya sekarang terganggu. Alih-alih rebranding, malah persepsi negatif pada Pertamina meningkat. Monopoli lah, korupsi lah, dan lain-lain. Plus solidaritas Gen Z terhadap PHK di SPBU swasta yang diekspresikan lewat kreativitas video dan meme. Video karyawan Shell jual kopi di SPBU-nya yang tutup, itu sesuatu sekali. Tak bisa ditandingi atau dipatahkan oleh press release atau press conference, atau statement di TV.
Selamat berakhir pekan wahai Gen Z, damai di hati damai di pikiran. Peace of mind pokoknya.
Budhiana Kartawijaya, Odesa Indonesia