Jaga Alam Bersama, UIN Bandung Gelar Seminar Dialog Lintas Agama

Notification

×

Iklan

Iklan

Jaga Alam Bersama, UIN Bandung Gelar Seminar Dialog Lintas Agama

Senin, 22 Desember 2025 | 16:40 WIB Last Updated 2025-12-22T09:40:07Z

 


NUBANDUNG.ID -- Isu krisis lingkungan dan kemanusiaan menjadi perhatian utama dalam Seminar Dialog Lintas Agama yang diselenggarakan Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Aula Perpustakaan, Senin (22/12/2025).


Seminar bertajuk “Harmoni Iman dan Alam untuk Bumi dan Kemanusiaan” ini menghadirkan tujuh narasumber dari beragam latar belakang agama dan generasi. 


Fam Kiun Fat memaparkan perspektif Konghucu melalui tema Keselarasan Tian, Manusia, dan Alam sebagai Etika Kebajikan dalam Merawat Kehidupan. Tanu Rahadi mengangkat kearifan lokal Sunda Wiwitan lewat topik Ngajaga Buana sebagai upaya menjaga alam dan keselarasan hidup. Dari tradisi Kristen, Pastor Aloysius Wahyu Endro Suseno membahas Iman, Ciptaan, dan Kasih sebagai panggilan moral umat beriman dalam merawat alam.


I Nengah Kondra, M.M.Pd., menjelaskan konsep Hindu Tri Hita Karana yang menekankan harmoni spiritual, sosial, dan alam demi kesejahteraan semesta. Jamiluddin, M.H., menyampaikan pandangan Islam tentang Khalifah fil Ardh sebagai amanah keimanan dalam menjaga alam dan martabat kemanusiaan. Pijar Maulid, S.Ag., M.Sos., menyoroti peran aktivisme lintas iman dalam advokasi lingkungan dan kemanusiaan. 


Sihabudin Ahmad, M.A., mewakili suara milenial dengan refleksi tentang peran generasi muda dalam merawat harmoni alam dan kemanusiaan yang dipandu oleh Big Dado Firmansyah.


Dalam sambutannya, Direktur Eksekutif RMB UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Dr. H. Usep Dedi Rostandi, Lc., M.A., didampingi Sekretaris Dr. H. Sahrul Anwar, M.Ag., dan Eko Agus Purwanto, menegaskan pentingnya dialog lintas agama sebagai ruang saling memahami di tengah keberagaman bangsa.


“Dialog lintas agama merupakan ikhtiar bersama untuk membangun ruang saling memahami antarumat beragama. Perbedaan keyakinan tidak diposisikan sebagai sumber konflik, melainkan sebagai kekayaan yang memperkuat persaudaraan dan kemanusiaan,” tegasnya.


RMB UIN Sunan Gunung Djati Bandung berkomitmen menjadikan kampus sebagai pusat penguatan nilai-nilai moderasi beragama, seperti toleransi, keadilan, keseimbangan, dan sikap saling menghormati. Nilai-nilai tersebut dinilai penting untuk ditanamkan kepada generasi muda agar mampu merespons perbedaan secara bijak, damai, dan bertanggung jawab.


Sihabudin menjelaskan bahwa saat ini wacana ekoteologi di kalangan keagamaan terus didorong sebagai bagian dari upaya penyelamatan iklim. Dengan menilai, perhatian terhadap isu lingkungan semakin menguat, terutama pada masa kepemimpinan Menteri Agama Nasaruddin Umar yang mendorong peran agama dalam merespons krisis ekologis secara nyata.


Menurutnya, generasi milenial memiliki peran strategis dalam menghadapi tantangan tersebut. “Kaum milenial harus semakin sadar terhadap kerusakan lingkungan. Di tengah derasnya arus informasi tentang krisis ekologi, ironisnya kesadaran akan kebijaksanaan dalam hal sederhana, seperti membuang sampah pada tempatnya, justru masih minim. Inilah paradoks modernitas yang perlu kita sikapi bersama,” ujarnya.


Melalui seminar dialog lintas agama ini, RMB UIN Sunan Gun Djati Bandung berharap tumbuh kesadaran kolektif untuk menjaga harmoni sosial, memperkuat persatuan bangsa, serta meneguhkan peran agama sebagai sumber etika, perdamaian, dan solusi atas persoalan kemanusiaan dan lingkungan. Dialog ini menjadi langkah nyata dalam merawat kebersamaan demi masa depan Indonesia yang damai dan berkeadaban.