Seandainya Barack Obama Dinaturalisasi

Notification

×

Iklan

Iklan

Seandainya Barack Obama Dinaturalisasi

Kamis, 29 November 2018 | 00:16 WIB Last Updated 2022-09-09T01:43:11Z

Hmm, suara ngebas khas Barack Obama ketika berpidato memang membuat saya kesem-sem. Tak hanya itu setelah 500 lebih hari dirinya memimpin negeri Super Power, tak lantas membuatnya terlihat gembuk dan gembrot. Ia terlihat masih selincah ketika dirinya berorasi memukau para pendukungnya saat Pemilihan Presiden.  

Saya melihat Barack Obama seperti warga Indonesia, yang kebetulan — entah satu keturunan — memang mirip dengan wajah sang presiden AS itu. Apalagi ketika dirinya sangat murah senyum dengan mengumbar lambaian tangan disertai pengucapan “Assalamualaikum” kepada rakyat Indonesia.

Saya menjadi sangat bersemangat seandainya Barack Obama dinaturalisasi. Ini seandainya lho. Bukan sungguhan. Kalau memang betul bahwa alasan untuk melakukan naturalisasi dalam sepak bola berkaitan dengan prestasi. 

Sebagai seorang pemimpin yang pernah menjadi warga Indonesia. Pernah menyukai Nasi goreng seperti saya. Dia juga menyukai Bakso seperti halnya isteri saya. Bahkan, emping dan rambutan juga merupakan makanan pavorit saya. 

Tetapi kualitas kepemimpinannya tak usah diragukan. Dia adalah satu dari Presiden AS yang ramah, plural, popular, bahkan membela warga negaranya dari ancaman bahaya. Seperti asuransi kesehatan buat warga miskin. Tetapi, entah kenapa kini Barack Obama dapat bergandengan dengan orang seganteng SBY. Indonesia dua hari ini disorot media dari berbagai penjuru dunia.

Saya sering mendengarkan pidato Barack Obama via Youtube. Di situ video social network tersebut pasti Anda akan memperoleh sebanyak-banyaknya pidato Obama. Sampai-sampai saya bisa menirukan suara yang keluar dari tenggorokan Obama. 

Sayangnya, meskipun bahasa Inggris Obama terdengar jelas dan mudah; saya tak bisa mengucapkannya kembali. Karena pidato seorang presiden tidak seperti album rekaman atau lagu-lagu yang mudah diingat karena berulang-ulang diucapkan.

Dengan realitas bahwa (maaf) kotoran Obama pernah menghiasi wilayah Menteng. Air seninya juga pasti telah membuat tanah di sekitar rumahnya menjadi subur. Ia juga pernah luka sebagian tubuhnya akibat bermain dengan teman-temannya. 

Ia — meskipun saya tak sempat bertatap wajah — adalah idola saya. Dan, seandainya dia bisa dinaturalisasi untuk memimpin negeri ini; hehe saya adalah orang pertama yang mendukungnya. Biar pun saya diklaim “kafir” oleh muslim fundamentalis, oleh aktivis kiri dan oleh kaum “berjenggot” mana pun. yang jelas, saya mengidolakan satu sisi dari sang presiden AS ini.

Apakah yang diidolakan saya? SENYUMANNYA ITU BRADER!!!!!!!!!!!!!!! Maka tak salah apabila Michelle terus setia menemaninya. Di India, Barack Obama dan istrinya menari tarian India. Di sini, karena sedang terjadi bencana atau ada kesibukan lain, Obama hanya satu hari dua hari saja menghirup udara Jakarta yang tak seindah dahulu. 

Kalau mau main lumpur-lumpuran seperti dulu, mungkin harus agak lebih lama, ya, kangjeng Obama tinggal disini. Syukur-syukur dirinya betah dan mau dinaturalisasi. Ah…harapan naif saya pikir. Tapi tak apa-apa, yang jelas saya akan bersaing dengan kompasianer yang masih mengelu-ngelukan SBY dan kroni-kroninya.

Tulisan ini hanya seandainya. Seandainya kepolitikan Indonesia mengakui “naturalisasi politikus” untuk memperbaiki kinerja pemerintahan dalam menjaga kesejahteraan rakyat. Kalau pemimpin dari bangsa sendiri tidak bisa menjadi pemimpin yang baik, tak ada salahnya kalau kita mengimpor politisi yang berkualitas dari luar negeri. 

Nanti, anggota DPR, MPR, Menteri, Wakil dan Presiden, keren kan, kalau terdapat politikus asing. Ah, dasar kau ini…seperti dalam sepakbola saja. Hahaha