“Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu. Jangan sampai ia mengeluarkanmu berdua dari surga, sehingga menyebabkan engkau bersusah payah (dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan).” (QS Thâ Hâ [20] : 117).
Memang, salah satu persoalan yang menyangkut peradaban umat manusia, bahkan kebutuhan pokoknya, ialah persoalan sandang. Pakaian berkaitan bukan saja dengan etika dan estetika, tapi juga dengan kondisi sosial ekonomi dan budaya, bahkan iklim. Tidak heran jika Al-Quran berbicara tentang masalah ini, walaupun pembicaraannya tak menyangkut mode atau bentuknya. Yang dibicarakan Al-Quran adalah fungsi dan tujuan berpakaian.
M Quraish Shihab, berpendapat ada tiga fungsi pakaian yang disinggung Al-Quran: Pertama, memelihara pemakainya dari sengatan panas dan dingin serta segala sesuatu yang dapat mengganggu jasmani (QS Al-Nahl [16] : 81). Kedua, menunjukkan identitas, sehingga pemakainya dapat terpelihara dari gangguan dan usilan (QS Al-Ahzâb [33]: 59). Ketiga, menutupi yang tidak wajar kelihatan (termasuk aurat) dan menambah keindahan pemakainya (QS Al-A’râf [7]: 26).
Ketiga fungsi di atas hendaknya dapat menyatu pada pakaian yang dikenakan. Identitas seseorang dan garis-garis besar cara berpikirnya dapat diketahui dari pakai¬an-nya. Pakaian seseorang bahkan dapat memengaruhi tingkah laku dan emosinya. Orang tua yang memakai pakaian anak muda dapat mengalir di dalam dirinya jiwa anak muda. Bila seseorang memakai pakaian kiai, dia akan berusaha berlaku sopan, demikianlah seterusnya.
Peranan pakaian begitu besar, sehingga tidak jarang ada negara yang mengubah pakaian militernya setelah mengalami kekalahan. Bahkan, Turki melarang pemakaian tarbûsy dan menggantinya dengan topi ala Barat, karena Kemal Attaturk menilai bahwa tarbûsy tersebut adalah bagian dari pemikiran kolot yang menghambat kemajuan masyarakatnya. Demikian besar pengaruh pakaian pada diri seseorang dan masyarakat.
Adalah suatu kekeliruan jika mengingkari pentingnya pakaian, tetapi lebih keliru lagi yang tidak selektif dalam memilih pakaian yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Namun demikian, sangat keliru mereka yang mengabaikan petunjuk-petunjuk agama dalam hal berpakaian. Salahlah apabila perasaan seseorang di-singgung karena memilih pakaian yang dianggapnya baik. Tetapi lebih salah lagi jika melarangnya memakai suatu pakaian yang dinilai oleh agamanya baik.
Allah Swt. berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al-A’râf (7) : 26).
M Quraish Shihab, berpendapat ada tiga fungsi pakaian yang disinggung Al-Quran: Pertama, memelihara pemakainya dari sengatan panas dan dingin serta segala sesuatu yang dapat mengganggu jasmani (QS Al-Nahl [16] : 81). Kedua, menunjukkan identitas, sehingga pemakainya dapat terpelihara dari gangguan dan usilan (QS Al-Ahzâb [33]: 59). Ketiga, menutupi yang tidak wajar kelihatan (termasuk aurat) dan menambah keindahan pemakainya (QS Al-A’râf [7]: 26).
Ketiga fungsi di atas hendaknya dapat menyatu pada pakaian yang dikenakan. Identitas seseorang dan garis-garis besar cara berpikirnya dapat diketahui dari pakai¬an-nya. Pakaian seseorang bahkan dapat memengaruhi tingkah laku dan emosinya. Orang tua yang memakai pakaian anak muda dapat mengalir di dalam dirinya jiwa anak muda. Bila seseorang memakai pakaian kiai, dia akan berusaha berlaku sopan, demikianlah seterusnya.
Peranan pakaian begitu besar, sehingga tidak jarang ada negara yang mengubah pakaian militernya setelah mengalami kekalahan. Bahkan, Turki melarang pemakaian tarbûsy dan menggantinya dengan topi ala Barat, karena Kemal Attaturk menilai bahwa tarbûsy tersebut adalah bagian dari pemikiran kolot yang menghambat kemajuan masyarakatnya. Demikian besar pengaruh pakaian pada diri seseorang dan masyarakat.
Adalah suatu kekeliruan jika mengingkari pentingnya pakaian, tetapi lebih keliru lagi yang tidak selektif dalam memilih pakaian yang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Namun demikian, sangat keliru mereka yang mengabaikan petunjuk-petunjuk agama dalam hal berpakaian. Salahlah apabila perasaan seseorang di-singgung karena memilih pakaian yang dianggapnya baik. Tetapi lebih salah lagi jika melarangnya memakai suatu pakaian yang dinilai oleh agamanya baik.
Allah Swt. berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS Al-A’râf (7) : 26).