Kenapa Kamu Sulit Tidur? Ini Penyebabnya

Notification

×

Iklan

Iklan

Kenapa Kamu Sulit Tidur? Ini Penyebabnya

Sabtu, 19 Juni 2021 | 10:14 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:29Z

Penulis
Muhammad Iqbal Nugraha, Dreamer

Kaki mulai terasa kesal, jengkel tak mau diam di atas tempat tidur. Serasa ingin berjalan walaupun hari sudah malam.

Tak ada yang bisa kulakukan selain diam. Kunyalakan musik di smartphoneku. Berharap bisa mengurangi kekesalanku.

Lantunan lagu demi lagu terus kuputar, kupilih, kudengarkan sebentar lalu kupindahkan lagi ke lagu yang lain. Terus seperti itu.

Rasa kantuk tercampur kesal membuatku susah tidur. Seharusnya ini waktu yang tepat untuk beristirahat.

Namun, kekesalan setiap hari yang belakangan ini terus terjadi akibat situasi dan kondisi yang terjadi di sana-sini.

Rasa kesal itu mulai menjalar membuat tenggorokan gondok dan dada sesak.

Aku terhenyak menahan rasa kesal, sesekali kubenamkan kepala di bawah bantal, kuputar badanku ke kanan dan kiri. Sungguh kesal sekali, membuatku ingin berteriak namun tak mungkin kulakukan di tengah malam seperti ini. Aku menahannya kuat-kuat, kesal.

Aku mencoba memejamkan mata dan berimajinasi. Membayangkan berada di tempat dan melakukan hal yang setidaknya sesuai dengan lagu yang kudengar, kupegang sebuah tongkat baseball dan kupecahkan semua barang yang ada di sekitarku.

Setidaknya membayangkan seperti itu meredam rasa kesalku walau sesaat. Karena aku tak mampu terus berkhayal dengan cerita yang rapih. Kesal itu tetap membuat konsentrasiku buyar.

Ku ambil segelas air lalu meminumnya. Tenggorokanku kesat seperti sudah berteriak-teriak.

Aku mulai berpikir untuk berjalan kaki keluar agar dapat meregangkan kaki-kakiku yang terasa kaku dan pegal.

Udara di luar rumah sangat dingin. Kupakai jaket dan masker untuk berjaga-jaga dan memberikan rasa nyaman dan aman kepada siapa pun.

Aku mulai turun dari teras rumahku membuka pintu pagar dan berjalan menyusuri gang menuju jalan utama.

Kulihat di sekitar, tengok kanan-kiri  begitu sepi, sunyi, hening. Aku melangkah tak tahu arah, hanya memanjakan kaki dan hati yang kesal.

Aku mulai merasa tak enak hati. Mulai takut dalam keadaan ini. Sendiri di jalan yang sepi di tengah malam.

Aku mencari benda-benda yang bisa kujadikan senjata untuk memukul siapa yang dapat membahayakanku saat itu. Aku mulai berpikir ke mana-mana, bisa saja orang jahat atau hantu yang menyeramkan.

Aku tak sadar sudah berjalan cukup jauh melewati beberapa blok rumah.

Saat melewati rumah demi rumah aku bertanya-tanya. Apakah semuanya sudah tertidur lelap, tidak adakah yang masih bangun, sulit tidur sepertiku?

Terbesit di pikiranku, jika ada yang merasakan hal yang sama denganku saat ini. Kenapa tidak ke luar rumah saja melakukan seperti apa yang kulakukan.

Dan kita bertemu lalu berjalan lagi setidaknya sampai rokok di saku habis. Tapi itu tidak terjadi, aku tetap sendiri di jalan ini.

Suasana yang sunyi yang tadinya hening mengapa menjadi ramai di telinga. Aku terdiam dan semakin ramai di telinga. Suara angin dan dengungan yang entah dari mana. Mungkin saking sepinya semuanya jadi terdengar.

Selagi semuanya berjalan, terus terang aku menyembunyikan rasa takut. Aku mulai takut karena semakin sadar bahwa aku sendirian saja di jalan ini.

Aku sadar ini konyol, pergi jauh dari rumah berjalan kaki di jalan sendirian di tengah malam seperti ini. Yang kukhawatirkan saat ini bukanlah rasa kesal tadi. Rasa kesal itu sudah berubah jadi rasa takut sekarang.

Aku bergegas balik arah menuju rumah, mempercepat langkah dengan jantung yang berdebar-debar.

Aku yang tadinya santai tengok kanan kiri menikmati suasana sepi di malam hari. Berubah menjadi perasaan seolah-olah ada yang terus mengawasi dari sana-sini.

Perasaan takut mulai mengambil alih seluruh tubuhku. Mengacaukan pikiranku, membayangkan hantu yang berupa-rupa.

Suara-suara aneh kini bermunculan menyapa. Mirip lolongan anjing dan teriakan manusia yang jauh entah dari mana arahnya ditambah angin yang membuat semuanya terasa pantas.

Kenapa jalan yang tadi jaraknya terasa dekat dan waktunya sebentar saja dari rumah, kini terasa jauh dan lama untuk sampai ke rumah kembali.

Agar tetap fokus aku harus mengendalikan diri. Aku menghela nafas, pelan-pelan meredam rasa takut itu.

Namun, semakin aku mencoba menghilangkan, rasa takut itu semakin menguasai. Sehingga mendorongku untuk berlari. Berlari sekencang-kencangnya dan berteriak sekeras-kerasnya karena seolah ada yang mengejarku.

Aku terus berlari dan berteriak di keheningan malam itu. Malam yang sunyi dan sepi.

Sesampainya di rumah, aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka, tangan, dan kaki. Lalu beranjak ke tempat tidur.

Di atas tempat tidur aku melamun sejenak. Rasa lelahku barusan kiranya cukup untuk membuatku merasa mengantuk. Aku berusaha memejamkan mataku berharap tidur pulas dan tidak perlu memikirkan apa yang baru saja kulakukan.