KH. Ahmad Dahlan dan Praksis Berislam

Notification

×

Iklan

Iklan

KH. Ahmad Dahlan dan Praksis Berislam

Jumat, 18 Juni 2021 | 09:10 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:30Z

Penulis Kelik N Widiyanto, Ketua MPI PW Muhammadiyah Jawa Barat

KH. Ahmad Dahlan pegiat tasawuf. Tak banyak orang tahu. Sewaktu muda banyak mencari ilmu. Hingga dua kali ke tanah suci untuk berguru.

Mereguk sebanyak mungkin pengetahuan, hingga paham jatidiri ilmu. Bukan sekadar pemuasan rasa ingin tahu. Lebih jauhnya, mendekatkan diri pada Pemilik ilmu.

Sebelum mendirikan organisasi, sang kyai kerap muhasabah diri. Dari hari ke hari kerjaannya membersihkan hati. Muhammadiyah bentuk ejawantah kesucian hati. Organisasi bukan tujuan, tapi jalan mencari ridlo ilahi.

Untuk apa bermuhammadiyah bila hati penuh dengan noda. Untuk apa berorganisasi bila jiwa masih berharap dunia. Sucikan hati, dekatkan diri pada ilahi, maka semesta menghampiri.

Amal usaha itu buah dari kebersihan hati. Bukan nafsu untuk mengkapitalisasi.

Mensucikan hati, membersihkan diri tema maljum school malam tadi. Tausiyah bernas ulama muda Muhammadiyah Ustad Sukron Abdillah alias Sabil el-Ma'rufi menjadi pengingat diri.

Sudahkah suci hati dan bersih diri dalam berorganisasi? Ah, tak pantas hamba mengaku pengikut Muhammad bila organisasi dijadikan tujuan akhir.

Pegiat Muhammadiyah generasi awal memberikan jiwa, raga dan hartanya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan melalui Muhammadiyah. Beramal dan terus beramal.

Entah amalan mana yang diterima Allah Swt. Yang pasti, beramal untuk membersihkan hati dan diri. Paparan sang kyai menciutkan hati. Sebenarnya, apa niat kita bermuhammadiyah?

Maljum school bersama Ustadz Sukron Abdilah (USA) diakhiri dengan PR untuk membersihkan hati. Perbanyak istighfar dan membaca quran. Jangan lupa terus beramal shaleh. Perbanyak zikir dan shalat sunnat. Berkumpulah bersama orang-orang dalam majelis bersih hati.

Tausiyah penggugah iman dari ulama muda muhammadiyah menerangi hati. Jalan berinstropeksi diri. Seketika beristigfar berulang kali.

Sebelum berpisah sang ulama muda berpesan agar memanfaatkan maljum untuk beribadah. Beribadah mendekatkan diri pada ilahi. Menghidupkan malam dengan membaca dan menulis hingga dini hari. Diakhiri dengan shalat malam di sepertiga malam terakhir.

Maljum school diakhiri dengan menikmati gorengan, wedang jahe dan indomie. Di teras Warung Burjo Ajat, maljum school membuatku terperanjat. Terlalu banyak dosa, sedikit ibadah... Astagfirullah...!