NUBANDUNG – Konsep kedaulatan pangan secara resmi telah menjadi tujuan dan pendekatan dalam pembangunan pangan nasional. Selain itu, kedaulatan pangan juga merupakan strategi dasar untuk melengkapi ketahanan pangan sebagai tujuan akhir pembangunan pangan.
Kondisi tersebut dapat diukur pada berbagai level, baik level individu, rumah tangga, komunitas, wilayah, maupun nasional.
Kedaulatan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Terkait hal itu, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Komisariat Universitas Muhammadiyah Bandung (ISEI UMBandung) menggelar webinar bertema “Sinergi Pentahelix Menuju Kedaulatan Pangan,” Sabtu (21/08/2021).
Acara yang dimoderatori oleh dosen UMBandung Dr. Sugihartiningsih., S.E., M.Si dan Dr. H. Eris Sudariswan, M.M., CPMA ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Anggota DPR-RI Dr. Ir. Hj. Endang Setyawati Thohari., DESS., M.Sc. serta Direktur Utama PT Agro Jabar Kurnia Fajar., S.Ab., M.M.
Di samping sebagai kegiatan memeriahkan HUT ke-76 Republik Indonesia, kegiatan ini diadakan utamanya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pangan dengan melibatkan stakeholders serta menyamakan perspektif mengenai kedaulatan pangan.
Diharapkan dari webinar ini bisa menemukan persepsi yang sama antar-stakeholders melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan nasional.
Selain kesamaan persepsi, dari acara ini juga diharapkan munculnya kolaborasi antara akademisi, pemerintah, pelaku usaha, komunitas, dan media dalam kedaulatan pangan melalui sinergi pentahelix sinergis.
Rektor Universitas Muhammadiyah Bandung, Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto., M.Sc., IPU. yang dalam acara ini sebagai pembicara kunci menyebutkan bahwa kedaulatan pangan merupakan masalah bersama yang menjadi tanggung jawab semua pihak (pentahelix).
”Saya berharap kegiatan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pangan dengan melibatkan stakeholders serta menyamakan perspektif mengenai kedaulatan pangan. Kesamaan perspektif yang sama antar-stakeholders melindungi dan mengembangkan kekayaan sumber daya pangan nasional,” ucap Prof. Herry.
Dr. Ir. Hj. Endang Setyawati Thohari., DESS., M.Sc. sebagai narasumber pertama dalam paparannya menyebutkan bahwa sudah saatnya pemerintah Indonesia lebih concern terhadap masalah kedaulatan pangan.
”Jangan sampai justru produk dalam negeri terpinggirkan di negeri sendiri,” ucap Endang.
Endang juga menilai, tantangan nyata yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan kedaulatan pangan, di antaranya semakin berkuranganya ketersediaan lahan pertanian baru.
”Ditambah dengan maraknya konversi lahan pertanian menjadi lahan permukiman, lahan industri, lahan jalan tol, dan sebagainya. Apalagi kurangnya regenerasi petani kita. Saat ini, ada 33,4 juta petani di Indonesia. Dari angka itu, 30,7 juta usia ‘kolonial’, sedangkan petani milenialnya hanya 2,7 juta. Artinya, jumlah petani milenial sangat kecil,” tuturnya.
Senada dengan apa yang Endang paparkan, Kurnia Fajar., S.Ab., M.M. atau biasa dikenal dengan nama Kufar menegaskan bahwa dalam mewujudkan kedaulatan pangan perlu adanya peran yang lebih proaktif dari setiap pemangku kepentingan (stakeholders).
Menurutnya, diversifikasi bahan pokok perlu disosialisasikan di unit bisnis terkecil seperti rumah tangga konsumen.
”Tujuannya tentu saja agar tidak terjadinya kekurangan bahan pangan tertentu yang menuntut pemerintah melakukan impor,” tuturnya.
Semua pihak, tandas Kufar, termasuk akademisi, komunitas, pemerintah, dan media harus berperan dalam mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
”Misalnya pemerintah, sedianya mereka bisa membuat regulasi yang dapat mendorong perubahan perilaku konsumsi pangan masyarakat,” katanya.
Sementara itu, menurut Ketua Panitia Webinar H. Eris Sudariswan bahwa ini adalah Webinar Seri I yang akan berkelanjutan dilaksanakan ke depan dengan topik yang relevan dan kekinian.
Kegiatan webinar ini dihadiri 347 peserta yang terdiri atas kelompok dosen/akademisi sebanyak 30%, mahasiswa 42%, serta umum (praktisi, petani, dan media) 28%.
Turut mendukung yakni KADIN Jabar, Bank BJB, PT Agro Jabar, PT Telkom Regional 3 Jabar, Karomah Farm, dan Pikiran Rakyat. Acara lebih menarik karena ada tabungan tanda mata BJB 5 juta. (Helin)