Inilah 5 Kelakuan Tetangga Paling Menjengkelkan

Notification

×

Iklan

Iklan

Inilah 5 Kelakuan Tetangga Paling Menjengkelkan

Kamis, 12 Agustus 2021 | 10:49 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:22Z


Penulis ANGGI SETYO, Pengamat perilaku tetangga.


Ketika kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk, tentu kita dihadapkan pada kenyataan yang kadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Perbedaan cara pandang, tingkat pendidikan, keyakinan, dan hal lain yang menjadikan setiap orang memiliki karakter yang berbeda.


Misalnya, kamu tinggal di suatu lingkungan masyarakat, katakanlah di sebuah kompleks perumahan. Di sana, kamu akan menemukan berbagai macam karakter tetangga kamu. Mulai tetangga yang menyenangkan hingga tetangga yang menjengkelkan.


Sebagai ‘kontraktor’ nomaden, saya menemukan berbagai macam karakter tetangga di lingkungan yang pernah saya tinggali. Saking seringnya memerhatikan tingkah polah tetangga, akhirnya saya bisa menyimpulkan beberapa karakter tetangga yang menjengkelkan!


Paling tidak, ada 5 kelakuan/karakter tetangga yang menjengkelkan yang  akan saya urai satu per-satu. Mungkin saja teman-teman pembaca juga pernah mengalaminya. Kalau pernah, selamat, kita satu frekuensi!


1. Gampang ‘panasan’ kalau tetangga beli barang baru


Pernah enggak, ketika kamu membelikan sepeda buat anak kamu, tiba-tiba keesokannya tetangga kamu membeli barang serupa? Ya, perilaku tetangga seperti itu sering terjadi, apalagi mereka yang tinggal di lingkungan perumahan/kompleks. Pun tak menutup kemungkinan di perkampungan pun sering terjadi


Kenapa mereka seperti itu? Bisa jadi karena kebetulan atau dia memang tipe orang yang suka panasan/enggak mau kalah dari orang lain. Bisa jadi anaknya menangis minta dibelikan barang serupa sehingga orang tuanya menuruti, atau bisa juga orang tuanya yang enggak mau kalah sama tetangganya. Hehe. Menurut kamu yang mana, Sob?


2. Suka menjemur pakaian di pagar rumah orang


Ini dia kelakuan tetangga yang membikin kita enek. Mungkin jarang ada orang yang menjemur pakaian di pagar rumah orang lain. Tetapi ini nyata, sampai tulisan ini dibikin, tetangga masih suka menjemur pakaiannya di pagar rumah saya.


Begini ceritanya. Ketika saya sedang memindahan barang-barang dari rumah lama ke kontrakan baru, saya bertemu seorang ibu paruh baya yang merupakan tetangga di depan rumah. Waktu itu, kebetulan  siang begitu terik.


Karena rumah ibu tersebut menghadap ke timur, sedangkan rumah kontrakan saya menghadap ke barat dan disinari matahari. Dia lantas bilang, “Teh, nitip jemur baju yah?” Saya balas, “Oh, iya Bu.” Saya pikir, ya enggak apa-apa, toh rumahnya juga belum saya tinggali.


Ternyata, setelah saya tinggal lama, si ibu tetangga itu terus menjemur baju di pagar rumah kontrakan saya. Bahkan hampir setiap hari dan tanpa permisi atau basa-basi lagi. Saya tidak pelit, tapi, ya malu dong! Masa, sih menjemur pakaian di pagar orang! Beli, dong jemuran almunium! Masa punya mobil, kok jemuran saja enggak terbeli?


3. Seenaknya ambil tanaman bumbu dapur alias rempah


Sebagai seorang ibu rumah tangga, ibu saya sering menanam bumbu-bumbu dapur di depan rumah dengan media pot bunga. Misalnya cengek, kemangi, bawang daun, pandan, dan tanaman-tanaman berguna lainnya.


Memang, tak semua tetangga itu rajin atau kreatif mengolah lahan kosong. Mereka mampunya hanya meminta. Dengan modal ucapan, “Bu, minta daun pandan, ya?”, “Bu, minta daun kemangi, ya?”, dan segudang kalimat lainnya.


Bagaimana di lingkunganmu, ada yang begitu enggak? Bukan soal dia meminta. Tetapi cara dia memetik daunnya itu yang bikin ibu saya kesal. Karena dia memetiknya sembarangan, seenaknya. Dahan tanaman banyak yang patah.


Misalnya, ini terjadi dengan pandan ibu saya. Pandannya dipetik dari atas, diambil daunnya secara acak. Kenapa enggak dipetik dari bawah, lalu bertahap ke atas? Kan, enak gitu loh, beraturan dan rapi. Biar pandannya enggak rusak dan cepat mati. Biasa jadi suatu saat, tetangga itu minta lagi, bukan? Wuh, ibu saya kesal.


4. Parkir Sembarangan


Saya tidak tahu, apakah semua orang yang tinggal di kompleks atau perumahan memang suka parkir di depan rumah? Apa karena parkirannya penuh? Atau mobil mereka puluhan, sehingga enggak muat di parkiran rumah?


Ketika saudara saya bertandang ke rumah saya, dia membawa mobil. Dia bingung hendak memarkirkan mobilnya di mana, karena di depan rumah saya ada mobil milik tetangga yang terparkir. Duh!


Akhirnya saya mencari lahan kosong untuk memarkir mobil saudara saya dan meminta izin ke tetangga untuk ikut parkir sebentar, toh saudara saya tidak akan lama. Tetapi susahnya bukan main, karena semua orang memarkir mobilnya di depan rumah.


Ada lahan kosong, eh si pemilik rumah pelitnya minta ampun. Katanya, “Jangan parkir di sana, nanti suami saya mau pulang.” Padahal dia punya parkiran. Saran saya, kalau  enggak punya parkiran mobil, baiknya kamu enggak usah punya mobil. Kalaupun kamu mau beli mobil, siapkan dulu parkirannya, jangan sampai menyusahkan orang lain!


5. Tetangga enggak punya akhlak


Suatu ketika saya pergi ke warung. Ketika pulang, saya melewati sebuah rumah besar berlantai dua, tiba-tiba saya seperti disiram air dari atas. Otomatis saya mendongak ke atas, untuk mengetahui dari mana asalnya air yang mengguyur saya hingga basah kuyup.


Ternyata ada seorang ibu yang membuang air kotor ke bawah dan mengenai saya. Saya diam dan hanya bisa melihatnya geram sambil menahan malu, karena pada waktu yang bersamaan ada tukang bangunan yang sedang melihat saya dan berkata, ”Euleuh, Teh dibanjur?” Sambil kesal saya pulang dan berganti pakaian.


Ibu yang membuang air tersebut dengan cueknya hanya bilang,  “Maaf, kirain enggak ada orang.” VANGKE.


Entah disengaja atau tidak, tapi kalau pun tidak disengaja, ya paling tidak minta maaflah dengan tulus dan sedikit berempati. Lagian, kok bisa membuang air kotor dari atas ke depan rumah. Kenapa enggak dibuang ke kamar mandi saja?


Bagaimana kalau tukang cuangki yang kena siram air kotor itu? Kan, kasihan. Untung saya penyabar. Hehe. Kalau punya akal sehat dan sedikit adab, tentu saja si ibu enggak akan buang air kotor sembarangan dari lantai dua rumahnya ke jalan yang sering dilewati tetangga.


Ini menunjukkan bahwa belum tentu orang yang terpandang, orang kaya, rumahnya mewah, memiliki attitude yang baik. Bener enggak, Cuy?


Kalau melihat perilaku-perilaku terebut, apakah mungkin ini yang dinamakan tetangga toxic? Menurut kamu, harus bagaimana cara menghadapi tetangga yang seperti di atas?