Jejak Cinta Bung Karno Kepada Fatmawati dari Bengkulu Hingga Jakarta

Notification

×

Iklan

Iklan

Jejak Cinta Bung Karno Kepada Fatmawati dari Bengkulu Hingga Jakarta

Senin, 23 Agustus 2021 | 12:15 WIB Last Updated 2021-09-15T16:36:42Z


NUBANDUNG
- Sosok presiden pertama Indonesia, sekaligus pahlawan revolusi, Ir. Soekarno pernah diasingkan ke Bengkulu oleh penjajah karena pemikiran dan perjuangannya. Di tengah pengasingan, Soekarno jatuh cinta pada Fatmawati binti Hasan Din.


Fatmawati adalah seorang perempuan muda, anak dari tokoh pemuka agama di Bengkulu, Hasan Din. Kisah pertemuan dan hubungan asmara Soekarno dan Fatmawati kembali diceritakan Sukmawati Soekarno Putri, anak sulung sang proklamator.


Jauh sebelum diasingkan penjajah ke Bengkulu, Bung Karno terlebih dahulu diasingkan ke Flores Ende karena pemikiran dan pengaruhnya. Ia tergabung dalam Jong Java tahun 1915 dan aktif dalam organisasi politik, hingga mendirikan Partai Nasional Indonesia tahun 1927.


Agustus 1933, Soekarno diasingkan ke Flores, setahun setelah dibebaskan dari penjara. Walau hampir terlupakan pengaruhnya, Soekarno masih terus berjuang lewat surat dengan gurunya, Ahmad Hasan.


Karena pemikiran dan pengaruh Soekarno masih hidup selama berada di pengasingan, Belanda memindahkan Soekarno ke Bengkulu tahun 1938. Saat berada di Bengkulu inilah, timbul gejolak di tubuh kekuasaan Belanda.


Awal Pertemuan dengan Fatmawati


Bung Karno berjumpa dengan Fatmawati saat putri tokoh Muhammadiyah itu berusia belasan tahun. Perbedaan usia dan status tidak menjadi penghalang niat Soekarno untuk meminang Fatmawati.


Belum terlaksana keinginan tersebut, terjadi gejolak perjuangan. Tahun 1942, Perang Dunia II pecah, dan Belanda kocar-kacir. Jepang datang mengambil alih kekuasaan Belanda di Indonesia. Soekarno dijemput dari Bengkulu ke Jakarta.


Sebelum bertolak kembali ke Jakarta, Soekarno berpesan kepada ayah Fatmawati, Hasan Din untuk tidak menerima lamaran dari pria manapun kecuali Soekarno.


Setahun kemudian, Soekarno dan Fatmawati menikah, dengan diwakilkan kerabat Bung Karno, Opsetter Sardjono. Baru pada 1 Juni 1943, Fatmawati diantarkan orang tuanya ke Jakarta dan tinggal bersama Bung Karno. Di tahun yang sama, Soekarno menceraikan Inggit karena tidak mau dimadu.


Sosok Fatmawati


Walau memiliki darah bangsawan, Hasan Din tidak pernah memanjakan putri-putrinya. Selain memiliki sifat bijaksana dan mengayomi, Fatmawati dikenal sebagai pengagum karya seni.


Penampilan tari Fatmawati di Sendratari Poetri Kentjana Boelan, putri Hasan Din ini memamerkan kebolehannya menari. Kepiawaian menari ini juga yang menarik hati Seokarno yang saat itu menjadi pembina sanggar.


Setelah menikah dan diboyong ke Jakarta, Fatmawati tinggal bersama sang proklamator yang saat itu tengah disibukkan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia. Bersama Fatmawati, Soekarno dikaruniai lima orang anak, Guruh, Sukmawati, Rachmawati, Megawati, dan Guntur.


Setahun sebelum proklamasi kemerdekaan, Guntur Soekarnoputra lahir, tepatnya 3 November 1944. Bersamaan dengan lahirnya Guntur, perjuangan kemerdekaan semakin bergejolak. Soekarno disibukkan dengan berbagai macam kegiatan terkait penyusunan kemerdekaan Republik Indonesia.


Di tahun 1945, Soekarno memberikan tugas kepada Fatmawati untuk menjahit bendera. Menyatukan dua kain berwarna merah dan putih, yang hingga kini kita sebut sebagai bendera pusaka. Bendera hasil jahitan Fatmawati itu, berkibar bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan, 17 Agustus 1945.