Media, Digitalisasi dan Interaktivitas

Notification

×

Iklan

Iklan

Media, Digitalisasi dan Interaktivitas

Senin, 16 Agustus 2021 | 11:44 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:19Z

Di era internet, semua orang bisa saling berbagi (sharing) tentang segala hal. Hebatnya lagi dengan kelahiran teknologi web setiap orang dapat membangun media yang fortable dan interaktif. Bahkan murah-meriah!

Coba kita bayangkan, belasan tahun ke belakang. Apabila seorang tokoh ingin dikenal masyarakat luas, tentunya harus menyiapkan uang yang banyak untuk membuat surat kabar. Tetapi, di era cyber hal itu tidak menghalanginya untuk mempromosikan diri melalui media website. 

Di dunia maya (cyberspace), menurut Tracy LaQuey (1997), perbedaannya dengan media komunikasi dan informasi konvensional, adalah tingkat interaksi dan kecepatan yang dapat dinikmati pengunjung untuk mengakses pesan dan menyebarkan kepada khalayak. Tidak ada medium yang memberi setiap penggunanya kemampuan komunikasi dan mengakses informasi secara cepat oleh ribuan orang. Internet, katanya, ibarat cairan yang terus berubah, sehingga ketika konten website tampil, pelbagai pandangan berbeda akan terjadi dalam konteks komunikasi dunia maya.

Di luar negeri, seperti USA, Inggris, Belanda, Italia, dan Negara-negara maju, atlet sepakbola memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjalin ikatan hypersectoral. Tidak heran, jika popularitas mereka menjadi semacam industrialisasi yang mengarah kepada bisnis.

Mereka memposting komentar, saran, kritik, dan unek-uneknya secara langsung di kolom komentar yang tersedia. Jadi, harus disediakan semacam kolom bagi pengunjung untuk menuliskan segala suasana hatinya. Inilah yang disebut dengan budaya hyperteks. 

Tidak dapat disangkal bahwa kemajuan teknologi komunikasi terutama internet sebagai media komunikasi pada paruh awal abad 21 ini memang terasa pesat. Kemajuan teknologi komputer, kemudahan akses internet, dan kecanggihan teknologi seluler, membuat pengguna internet untuk mengakses informasi bertambah banyak.

Alhasil, kehadiran media online di internet yang lebih interaktif kian menjamur. Dengan teknologi internet nirkabel respon media semakin mengarah pada bentuk media yang portable dan interaktif. Marshal McLuhan, dalam Understanding Media (1964 : 248), ketika menelurkan tesis “global village” mengatakan teknologi media berhasil mentransformasi masyarakat di dunia jadi sebuah satuan komunitas global tanpa dinding pembatas. 

Posisinya akan menggantikan food-gathering, menjadi information-gathering. Dengan membangun web, tentunya kita sedang berusaha memenuhi kebutuhan untuk membangun popularitas dengan menyajikan informasi bagi pembaca di dunia maya. 

Ada seribu kemungkinan yang belum terkuak dalam kasus ini. Siapa yang bersalah, saya tidak tahu. Yang jelas, ini pelajaran buat laki-laki bagaimana membina hubungan dengan perempuan secara adil dan berkeadaban. Saya teringat Emanuel Levinas – semoga tidak salah – bahwa meskipun manusia itu memiliki perbedaan, tapi tetap harus menempatkannya berposisi sama seimbang. Saya memahami penghormatan terhadap perempuan adalah misi yang diemban agama mana pun.