Inilah 5 Tempat Ibadah Berbagai Agama di Kota Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

Inilah 5 Tempat Ibadah Berbagai Agama di Kota Bandung

Minggu, 14 November 2021 | 12:46 WIB Last Updated 2022-07-19T04:30:26Z


NUBANDUNG
- Dilansir laman humas.bandung.go.id, bahwa pada 25 September 2021 ini Kota Bandung akan berusia 211 tahun. Sejak berdiri, Kota Bandung telah dikenal sebagai kota yang menjunjungi tinggi toleransi. 


Warganya sangat menghargai perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan. Sehingga tak heran jika banyak rumah ibadah dari beragam agama berdiri di Kota Bandung.


Berikut ini sejumlah tempat ibadah tertua di Kota Bandung yang disarikan dari sejumlah sumber:


1. Masjid Mungsolkanas


Bagi sebagian besar orang mungkin akan menyangka jika Masjid Raya Bandung Provinsi Jawa Barat yang letaknya bersebelahan dengan Alun-alun Bandung atau Masjid Cipaganti adalah masjid tertua di Kota Bandung.


Namun tahukah Anda jika masjid trtua di Kota Bandung adalah Masjid Mungsolkanas. Nama unik ini merupakan pemberian Mama Aden atau R. Suradimadja alias Abdurohim. Masjid Mungsolkanas berada di Jalan Cihampelas 61/35B RT 02/RW05.


Mungsolkanas merupakan singkatan dari “Mangga Urang Solawat ka Nabi SAW (mari kita solawat ke nabi SAW)”. Singkatan tersebut diambil dari filosofi doa di dalam kitab Tankibulkaul yang mengandung arti bahwa setiap orang yang membaca dan mengamalkan solawat Nabi SAW insya Allah doanya terkabul.


Masjid Mungsolkanas berdiri pada 1869. Awalnya hanya berupa tajug sederhana. Bentuk bangunannya berupa kobong dan panggungnya terbuat dari bilik. Dalam sejumlah catatan, bangunan masjid ini didirikan di atas lahan yang diwakafkan oleh Nenek Zakaria yang bernama Lantenas, janda dari R. Suradipura, Camat Lengkong Sukabumi yang wafat pada 1869.


Pemugaran besar-besaran Masjid Mungsolkanas terjadi pada tahun 1994. Kini Masjid Mungsolkanas masih dikunjungi banyak jamaah. Di saat Ramadan, masjid ini juga memiliki beragam kegiatan.


2. Gereja Katedral Santo Petrus


Gereja Katedral Santo Petrus berdiri pada tahun 1895. Gereja ini dibangun oleh arsitektur bernama C.P. Wolff Schoemaker. Hingga saat ini Gereja Katedral Santo Petrus masih berdiri gagah di Jalan Merdeka No.14, Babakan Ciamis, Kecamatan Sumur Bandung, Kota Bandung.


Pada awal mula berdirinya gereja ini sempat diberi nama St. Franciscus Regis. Pada saat itu pun gereja ini hanya memiliki 280 jemaat saja. Baru setelah Bandung mendapat status sebagai kotamadya, barulah gereja ini dibangun kembali dan diberi nama Gereja Katedral Santo Petrus dan dapat menampung 1.800 jemaat. Mengusung gaya arsitektur neo-gothic akhir, membuat gereja ini bak bangunan kuno di tengah Kota Bandung.


3. Gereja Bethel


Gereja Bethel Bandung berada di Jalan Wastukancana, Bandung. Ini adalah gereja Protestan yang pertama kali dibangun di Kota Bandung, yakni pada Mei 1924, di atas lahan seluas 3.278 meter persegi. Sekitar sembilan bulan kemudian, pembangunan gereja selesai dan diresmikan pada 1 Maret 1925. Gereja seluas 432 meter persegi ini mampu menampung 500 jemaah.


Sebagai bangunan publik utama pada masa itu, gereja didirikan berdampingan dengan gedung balai kota, Bank Java, dan Gereja Santo Petrus di kawasan pusat pemerintahan. Bangunan bergaya klasik modern ini dirancang oleh arsitek CP Wolff Schoemaker yang juga merancang Gereja Katedral Santo Petrus.


Merunut sejarahnya, Gereja Bethel bercikal bakal dari rumah ibadat sederhana yang dibangun akhir 1800-an. Pemberitaan Injil di wilayah Priangan dimulai pada 1856 dengan pendirian rumah ibadat di pusat-pusat keresidenan. Pendeta pertama yang ditugaskan di Bandung adalah Ds FJN Brouwer (1885-1886). Nama Bethel baru dipakai tahun 1964. Nama yang merujuk pada Kitab Kejadian ini bermakna rumah Tuhan atau pintu gerbang surga.


4. Vihara Satya Budhi


Kelenteng atau Vihara Satya Budhi terletak di Jalan Kelenteng Bandung. Satya Budhi merupakan kelenteng tertua di Kota Bandung. Diresmikan pada 1855 dengan nama Hiap Thian Kong yang berarti Istana Para Dewa.


Pada 1965, penggunaan nama Tionghoa dilarang di Indonesia karena itulah Hiap Thian Kong berubah nama menjadi Vihara Satya Budhi. Selain itu penggunaan kata kelenteng diubah menjadi vihara kebijakan pemerintah saat itu tidak mengakui agama Konghucu. Namun sekarang, Vihara Satya Budhi menjadi tempat ibadat tiga agama, yaitu Tao, Konghucu, dan Buddha.


5. Pura Wira Satya Dharma


Pura Wira Satya Dharma berdiri sejak 10 Juni 1995. Pada tanggal tersebut dilaksanakan acara melaspas Agung Pura Wira Satya Dharma yang bertepatan dengan Hari Raya Kuningan.


Latar belakang didirikannya pura ini karena pada tahun 1990an jumlah umat Hindu di Kota Bandung meningkat, baik itu mahasiswa, pegawai pemerintahan, TNI, pegawai swasta, dan lain-lain. Oleh karena itu dibangunlah sebuah pura yang bernama Pura Wira Satya Dharma di kesatuan Yon Zipur 9.


Sebelum dibangun Pura umat Hindu yang berada di Kesatuan Yon Zipur 9, umat Hindu Kota Bandung melakukan persembahyangan di Pura Wira Loka Natha Kota Cimahi.