Saat Diri Dihinggapi Sedih, Shalatlah Kawan!

Notification

×

Iklan

Iklan

Saat Diri Dihinggapi Sedih, Shalatlah Kawan!

Minggu, 05 September 2021 | 05:18 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:10Z


Kita pasti pernah merasa sedih. Misalnya, ketika kebutuhan dan keinginan tidak bisa diperoleh, kita kerap kecewa dan sedih karena merasa takdir tidak berpihak pada kita.


Tak heran jika seorang musisi terkenal negeri ini, Iwan Fals, mengatakan bahwa keinginan adalah sumber penderitaan. Ini akan terjadi jika kita tidak memiliki pijakan yang kuat dan kokoh–aturan agama–dalam hidup ini.

Kalau kita mengaku mukmin, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tidak hanya diupayakan sendiri namun dibarengi dengan keimanan pada Allah Swt. Allah adalah Zat Yang Maha Penolong, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang memohon dan meminta.

Ibadah shalat yang kita dirikan tak hanya menjalin kedekatan dengan Allah, tetapi juga sebagai wasilah agar segala keinginan kita terwujud. Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa Allah Swt., memberi jaminan bagi orang yang menunaikan shalat secara tulus dan ikhlas berupa rasa tenang dan damai.

Ibadah shalat bukan saja ditetapkan pada orang-orang yang ingin kebutuhan dan keinginannya terpenuhi, tetapi juga diperuntukkan bagi orang-orang yang sedang menderita, sedih, dan gundah jiwa.

Allah Swt., berfirman, “Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah karena sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang kafir.” (QS Yusuf [12]: 87).

Dalam ayat tersebut, orang yang berputus asa dikategorikan sebagai orang kufur. Orang kufur bukanlah orang yang berbeda agama dengan kita, melainkan orang yang menolak dan membelakangi kekuasaan Allah.

Jadi, sebagai mukmin sejati, ketika kesedihan menerpa hidup, kita harus selalu berusaha mendekati Tuhan. Seorang mukmin tidak akan merasa lelah untuk beribadah kepada Allah.

Bukankah Nabi Muhammad saw., juga tidak merasa dalam lelah melaksanakan shalat wajib dan shalat sunnah? Beliau sudah dijamin masuk surga, tetapi tidak lantas ujub dan takabur dengan jaminan itu.

Namun, kita, manusia biasa yang belum mendapat jaminan-Nya, kadang malas melaksanakan ibadah shalat. Ini sangat mungkin terjadi karena kita memiliki kadar keimanan yang berbeda dengan Rasulullah saw.

Di dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa ibadah shalat adalah sebentuk kesenangan atau hiburan bagi seorang Nabi karena dengan shalat persoalan hidup akan mendapatkan solusi yang menenangkan hati.

Sayyidina Ali karamallahuwajh bertanya kepada Rasulullah saw., tentang pribadinya. Rasulullah saw., menjawab, “Kejujuran adalah perantaraku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad adalah perangaiku, dan hiburanku adalah shalat.”