Abraham Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya. Bukan saja kebutuhan sandang berupa pakaian, pangan berupa makanan; tapi juga papan berupa tempat tinggal yang nyaman, bahkan kendaraan yang mempermudah aktivitas.
Dalam piramida kebutuhan manusia menurut Maslow, setelah mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat materi seperti di atas, manusia pun memerlukan kebutuhan lain yang bersifat immateri berupa rasa aman, penghargaan dan penghormatan, serta kasih-sayang untuk mencipta aktualisasi diri.
Di antara puncak kebutuhan aktualisasi diri adalah mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Namun, memperoleh pengakuan dan penghargaan pun tidak secepat membalikkan telapak tangan. Di sini berlaku sebuah rumus yang menyatakan bahwa bila kita ingin dihargai oleh orang lain, maka mulailah dengan menghargai diri sendiri. Begitu pula saat ingin dihormati orang lain, mulailah menghormati diri sendiri.
Kita bisa memahami bahwa mengenal diri sendiri tidak hanya penting dalam sebuah peperangan, melainkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan untuk merumuskan kelebihan dan kekurangan yang kita miliki akan mempermudah menyusun sebuah rencana kehidupan.
Dengan memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri, kita akan mengetahui apa yang perlu dipersiapkan lebih banyak dan apa yang dapat dilakukan lebih cepat.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Akan tetapi, kita seringkali melihat orang lain dengan segala kelebihan yang dimilikinya sehingga menganggap diri sendiri tak memilikinya. Kita pun sering melihat kelemahan diri sendiri tanpa mau berusaha menggali potensi diri kita yang sesungguhnya.
Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput di halaman sendiri, bukan? Sekarang, berhenti melihat kelemahan terus menerus tanpa ada usaha untuk memperbaiki. Kekurangan yang dimiliki harus menjadi langkah awal menggali potensi yang kita miliki sebagai sebuah kelebihan.
Dalam diri kita pasti terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan akan membuat kita berani berjuang dan selalu optimistis. Sedangkan kekurangan akan mengingatkan kita untuk tetap rendah hati. Begitulah harmonisasi kehidupan.
Sehebat apapun diri kita pasti memiliki kelemahan. Begitu pula selemah apapun diri kita pasti memiliki kelebihan. Begitulah keagungan Allah menciptakan kehidupan ini begitu harmonis.
Orang yang berkualitas adalah orang yang mampu menempa dirinya sendiri. Menunjukan kehebatan dirinya kepada orang lain. Bukan untuk menyombongkan diri, melainkan sebagai bentuk rasa percaya diri karena telah mampu menggali potensi yang dimilikinya.
Jika ingin segera meraihnya, maka segeralah bergerak melakukan perubahan atau berhijrahlah dengan sungguhan. Tidak perlu terburu-buru, namun, senantiasa konsisten bergerak karena terburu-buru hanya menjatuhkan diri pada lembah hawa nafsu.
Ini seperti ungkapan bijak Rasulullah Saw., “Orang yang kuat bukanlah orang yang lihai dalam bergulat mengalahkan musuhnya, tetapi orang yang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan hawa nafsunya sendiri.”