Cecendet, Rahasia Pengobatan dari Pinggir Selokan

Notification

×

Iklan

Iklan

Cecendet, Rahasia Pengobatan dari Pinggir Selokan

Jumat, 24 Juni 2022 | 15:43 WIB Last Updated 2022-06-24T08:43:47Z


Oleh: Budhiana Kartawijaya,
Ketua Pembina Yayasan Odesa Indonesia


NUBANDUNG.ID - Gambar tersebut adalah cecendet atau ciplukan. Tak banyak orang kota yang mengenalnya, pernah mencicipi, atau tahu khasiatnya. Di Odesa tanaman ini tumbuh liar di pinggir selokan.


Sekitar tahun 2010-an saya ikut bantu-bantu Yayasan Syamsi Dhuha. Yayasan ini bergerak menangani Lupus, sebuah sindrom autoimun. Menurut teman-teman penyandang Lupus, sakitnya bukan main. Ada obatnya, tapi kudu impor. Ke tangan pengguna, jatuhnya Rp. 2 juta untuk sebulan pakai!


Bagaimana mungkin penyandang lupus dari keluarga pas-pasan bisa menikmati obat ini. Belum lagi obat-obat lainnya. Sebulan bisa menghabiskan lebih dari Rp. 2 juta.


Sohib saya Dian Sjarief, pendiri Syamsi Dhuha yang juga penyandang lupus memutar otak buat memecahkan masalah ini. Diadakanlah lomba mencari obat murah, bekerjasama dengan Departemen Farmasi ITB, Kedokteran Unpad, dan Kimia Farma.


Ringkasnya, dari lomba itu ditemukanlah calon obat itu. Yaitu cecendet alias ciplukan. Saya sendiri kaget betapa manfaatnya luar biasa. 


Waktu di kampung, kalau main-main ke tegalan atau ke sawah nenek, buah ini tersebar, bentuk pohonnya semak-semak. Seperti semak tak penting. Buahnya manis.


Setelah melalui serangkaian uji coba, akhirnya 2016 Kimia Farma memproduksi cecendet ini, dengan merk Lesicaf. Bentuknya tablet. Harganya, sekarang sekitar 80 ribu. Dari Rp. 2 juta turun menjadi Rp. 80 ribu. Jauh nian selisihnya.


Bumi nusantara itu adalah anugerah Tuhan yang luar biasa, kaya dengan keragaman hayati di darat dan laut. Setiap penyakit ada obatnya, asal manusia rajin merisetnya.


Cuma saja, bangsa kita tak pandai memelihara alam. Hutan, gunung, laut dirusak. Banyak tumbuhan dan hewan yang punah sebelum kita tahu nama dan khasiat tumbuhan dan hewan itu untuk kesejahteraan manusia.


Kerusakan alam menyebabkan penyakit dan wabah. Udah gitu...kita beli obatnya dari luar negeri. Ya, luar negeri juga mencuri kekayaan hayati kita, dan membudidayakannya menjadi obat. Barang yang mestinya 80 ribu, kita beli Rp. 2 juta.


Kalau Anda presiden, plis beli lagi tanah-tanah gundul, dan ditanami lagi. Laut dibersihkan dari sampah plastik. 


Kalau Anda jadi presiden, kasih setiap perguruan tinggi yang punya jurusan farmasinya 100 miliar setahun, asal bisa meriset dan mengembangkan obat dari bumi kita. 


Tak cuma berhenti jadi sebatas jurnal. Setiap tahun harus bisa menghasilkan satu obat saja, 100 miliar itu akan balik nggak lama. 


Tagline Indonesia itu nanti: "We healthy the world"