5 Rektor UIN Bandung yang Abadi, Ada Ulama Anti-Makar, Menolak Negara Islam

Notification

×

Iklan

Iklan

5 Rektor UIN Bandung yang Abadi, Ada Ulama Anti-Makar, Menolak Negara Islam

Jumat, 28 Oktober 2022 | 10:11 WIB Last Updated 2022-10-28T03:21:51Z


NUBANDUNG.ID-Tahu tidak ternyata  nama-nama gedung yang ada di sekitaran Kampus 1 UIN Sunan Gunung Djati Bandung diambil  dari mantan rektor terdahulu ?  Hal ini sebagai bentuk rasa terima kasih dan rasa hormat, atas jasa-jasa beliau yang telah berperan dalam perjalanan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

 

Berdasarkan surat keputusan Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung No.B061/UN.05/2016 ada lima gedung yang diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonsia Lukman Hakim Saifudin.


Berikut nama-nama gedung yang diambil dari lima nama mantan rektor, let's read till the end.



1. Aula Multipurpouse menjadi Gedung Anwar Musaddad.

 

Gedung serba guna Anwar Musaddad yang terdiri dari 2 lantai dan cukup menampung kurang lebih 7000 orang pada saat wisuda, buat kamu mahasiswa offline pasti tahu viebes kegiatan di dalam gedung Anwar Musaddad, ternyata gedung yang sebelumnya bernama gedung multipurpouse ini di ambil dari nama rektor pertama Prof. K.H. Anwar Musaddad periode 1968-1972.

 

Prof K.H. Anwar Mussadad merupakan ulama yang diberkahi umur panjang hingga 91 tahun, mempunyai dedikasi tinggi dalam mengembangkan lembaga akademis, namun tetap berpegang teguh dengan tradisi pesantren. 

 

Bukan hanya seorang ulama, ia juga seorang pejuang masa revolusi yang memimpin pasukan Hizabullah pada saat perang melawan Belanda. 

 

Republik Indonesia belum seberapa lama berdiri. Namun, percikan upaya makar sudah muncul di sejumlah lokasi. Salah satunya di Jawa Barat oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang mendeklarasikan berdirinya Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/TII) pada 7 Agustus 1949. 

 

Sebelum memproklamirkan DI/TII, Kartosoewirjo mengajak Kiai Haji Anwar Musaddad untuk bergabung. Tawaran itu ditolaknya. Bagi sang kiai, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi harga mati (Yies Sa'diyah, Prof. KH Anwar Musaddad: Biografi, Pengabdian, dan Pemikiran Ulama-Intelektual, 2012:63).

 
Perjalanannya besama IAIN membawa namanya abadi dalam sebuah Aula Multipurpouse yang kini bernama Gedung Anwar Musaddad.



2. Auditorium (Aula lama) menjadi Gedung Abdjan Soelaeman.


Gedung Auditorium yang terpampang jelas ketika kamu memasuki kawasan kampus 1 UIN Sunan Gunung Djati Bandung, bersebrangan dengan gedung O. Djauharuddin, ternyata diambil dari nama mantan rektor kedua periode 1972-1973. 

 

Letnan Kolonel Abdjan Soelaeman, walaupun memiliki background sebagai seorang TNI, namun semangat juang keislamannya tidak pernah luntur, ia memperkuat semangat juang kemiliterannya dengan menerapkannya di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati, dengan tujuan agar lebih mencintai agama dan negara yang berdasarkan aturan islam. 

 

Meskipun masa jabatannya sebagai rektor tidak lama, hanya satu tahu; tetapi Letkol Abdjan Soelaeman memiliki peran dan jasa dalam kemajuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung, maka namaya abadi dalam Gedung Auditarium.



3. Gedung Laboratorium Terpadu menjadi Gedung Solahudin Sanusi.

 

Tokoh ketiga yang namanya diabadikan dalam sebuah Gedung Laboratorium Terpadu, gedung yang terletak bersebelahan dengan Gedung Anwar Musaddad adalah Drs. H. Solahuddin Sanusi, ia merupakan Rektor ketiga periode  1973-1977. Drs. H. Solahuddin Sanusi merupakan seorang dosen, pendiri pesantren,penasehat ICMI Orwilsus Bogor, dan Rektor ketiga IAIN Sunan Gunung Djati Bandung. 

 

Dasar pemikiran yang mengutamakan hasrat berjamaah di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengantarkan dirinya pada beberapa tahapan pengembangan masyarakat UIN dengan melewati dua dimensi, socio-cultural dan socio-economic welfare. 

 

Hal ini jelas memberikan pengaruh yang sangat luar biasa dalam perkembangan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Nama Solahudin Sanusi abadi dalam nama gedung sebagai bentuk rasa terima kasih atas jasa-jasanya.



4. Gedung Al-Jamiah menjadi O.Djauharuddin AR

 

Gedung pusat adminitrasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang semula bernama Al-jamiah kini bernama O.Djauharuddin, diambil dari seorang Tokoh bernama K.H. Djauharuddin Abdur Rahim atau biasa disapa dengan sebutan Pak Odjo merupakan Rektor keempat periode 1977-1986. 

 

Selama ia berkarir dan berkiprah didunia pendidikan, Pak Odjo dikenal sebagai peneratas pembangunan fisik. Seorang pendiri Yayasan Daarul Amanah Rajagaluh Majalengka ini, dikenang dan abadi dalam sebuah nama Gedung pusat adminitrasi yaitu O.Djauharuddin.



5. Perpustakaan menjadi Gedung Rachmat Djatnika.

 

Untuk kamu yang gemar membaca buku atau sekedar mencari refrenshi tugas kuliah pasti tidak asing dengan Gedung Perpustakaan. 

 

Pusat Perpustakaan UIN Sunan Gunung Djati resmi berganti nama pada tahun 2016 dengan nama Gedung Rachmat Djatnika, diambil dari nama seorang tokoh Guru Besar Hukum Islam dan Rektor kelima periode 1986-1995. Ia merupakan dosen dan rektor yang namanya diabadikan sebagai bentuk rasa bangga atas jasa-jasanya.


Bagaimana, sudah tahukan nama-nama gedung yang biasa kamu kunjungi dan kamu gunakan untuk kegiatan ternyata diambil dari nama tokoh-tokoh berpengaruh dalam perjalanan eksitensi UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

 

Selain artikel di atas, kamu juga bisa membaca dan mendapatkan informasi melalui rubik yang tersedia pada website UIN Sunan Gunung Djati. Didalamnya tersedia berbagai macam informasi yang bisa kamu akses secara gratis. 

 

Kamu juga bisa melihat berbagai macam aktivitas dan kegiatan kampus. Penasaran? Langsung aja telusuri dan temukan yang kamu mau.