Agar Tetap Waras dan Tak Mati Kepakarannya, Ini 3 Guru Besar UIN Bandung yang Suka Nulis di Koran

Notification

×

Iklan

Iklan

Agar Tetap Waras dan Tak Mati Kepakarannya, Ini 3 Guru Besar UIN Bandung yang Suka Nulis di Koran

Rabu, 02 November 2022 | 10:08 WIB Last Updated 2022-11-02T03:08:56Z


NUBANDUNG.ID-Perkembangan teknologi, terutama media sosial dan smartphone, membuat hal itu sebuah keniscayaan. Mungkin tak terlalu bermasalah bila semua orang sekadar merasa paling tahu sesuatu lantas menyebarkannya. 


Yang jadi masalah ketika peran pakar ditiadakan, informasi yang benar disangkal, lantas kedunguan dibanggakan.


Dalam buku Matinya Kepakaran (Kepustakaan Populer Gramedia, Desember 2018), Tom Nichols menjelaskan Era teknologi dan informasi tidak hanya menciptakan lompatan pengetahuan, tapi juga memberi jalan dan bahkan memerkuat kekurangan umat manusia. Internet justru jadi sarana menyerang pengetahuan yang sudah mapan. Internet jadi sumber sekaligus sarana tersebarnya informasi bohong.


Nichols menganalogikan internet dengan Hukum Sturgeon yang mengatakan, "90 persen dari semua hal (di dunia maya), adalah sampah."

Orang bebas mengunggah apapun di internet, sehingga ruang publik dibanjiri informasi tak penting dan pemikiran setengah matang.


Internet mengizinkan satu miliar bunga mekar, namun sebagian besarnya berbau busuk, mulai dari pikiran iseng para penulis blog, teori konspirasi orang-orang aneh, hingga penyebaran informasi bohong oleh berbagai kelompok. (hal. 130-131)


Internet bukan hanya membuat kita makin bodoh, tapi juga lebih kejam. Di dunia maya sebagian dari kita tak ingin menguji informasi, berdiskusi dan berdebat sehat, tapi mengecilkan opini orang lain yang berbeda, menghina, dan menyerang.


Internet, termasuk mesin pencari dan medsos di dalamnya, sejatinya cuma alat. Ibarat pisau, bagi dokter bedah pisau berguna untuk menyembuhkan pasien, sedangkan bagi penjahat pisau berguna untuk membunuh korban.


Kesalahan utama bukan pada internet, tapi pada kita. Kita punya masalah bias konfirmasi, yaitu kecenderungan alami untuk hanya menerima bukti yang mendukung hal yang sudah kita percayai.


Internet kemudian memberi ruang untuk bias konfirmasi itu tumbuh kian subur. Para pemrogram membuat algoritma yang memungkinkan kita hanya mendapat berita dan informasi yang sesuai minat dan apa yang kita percayai sebelumnya.


Inilah pengetahuan era digital, simpul Nichols: Anda berkelana sampai menemukan kesimpulan yang Anda tuju. Anda mengklik laman demi pembenaran, dan keliru dalam membedakan jawaban dengan kekuatan argumen. (hal. 142)


Lantas, apa peran pakar musnah semusnah-musnahnya di era internet ini? Nichols mengatakan orang awam tetap butuh dokter bila sakit, mencari pengacara bila punya masalah hukum, atau mengandalkan pilot untuk mengemudikan pesawat yang kita tumpangi.


Pakar dalam definisinya sebagai spesialisasi pekerjaan takkan hilang. Tapi di saat bersamaan, dengan keberlimpahan informasi, orang bisa juga menjadi dokter bagi diri sendiri maupun ahli hukum dan penerbangan dadakan.


Tengok saja, meski tak jelas informasinya, ada yang percaya makan banyak coklat tak bikin gemuk atau menonton persidangan di TV bikin penonton seketika tahu hukum.  


Matinya kepakaran, ditengarai Nichols akan membahayakan demokrasi. Amerika Serikat—juga Indonesia—adalah  republik, tempat warganya menunjuk orang lain untuk mengambil keputusan atas nama rakyat.


Pakar diperlukan oleh pengambil kebijakan untuk membantu mereka membuat keputusan. Pakar bertugas memberi nasihat bagi pemimpin, sedangkan bagi rakyat umum mereka bertugas memberi arahan, petunjuk mana yang baik dan buruk.


Melansir dari laman Universitas Bina Nusantara (Binus), agar tetap waras, peranan kepakaran yang sangat besar, masing-masing perguruan tinggi juga didorong untuk terus menghasilkan Guru Besar guna tercipta pendidikan yang berkualitas. 


Guru Besar adalah seorang guru, pendidik, sekaligus peneliti, yang hasil penelitiannya ditunggu masyarakat luas sebagai bagian dari wujud pengabdian dalam bidang akademis. Penetapan Guru Besar ini juga sudah diatur dalam Undang-undang. 


Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru Besar atau profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi. Untuk menduduki jabatan akademik Guru Besar atau Profesor harus memiliki kualifikasi akademik Doktor.


Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi, dapat diangkat menjadi seorang Guru Besar atau Profesor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 


Tidak mudah menjadi seorang Profesor. Karena harus menyelesaikan berbagai persyaratan dengan kuantitas dan kualitas tertentu yang harus dipenuhi. Misalnya pengalaman mengajar minimal 10 tahun hingga membuat buku ataupun jurnal ilmiah penelitian dengan kualitas yang berbobot dan terpublikasi internasional. 


Menurut pasal 49 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, seorang Profesor merupakan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan tinggi yang mempunyai kewenangan membimbing calon doktor.


Melansir dari UIN Sunan Gunung Djati Bandung, berikut 3 Guru Besar yang masih sering nulis di Koran.


1. Prof Dadang Kahmad, Guru Besar Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung - ‪‪Dikutip 1.842 kali‬‬ - ‪Sosiologi Agama‬. 


Lahir di Garut, 05, Oktober, 1952. Riwayat pendidikannya ditempuh mulai dari Sekolah Dasar Sekolah Rakyat Negeri 6 tahun, Ciarog, Garut, (1959-1964); Sekolah Menengah Pertama Pendidikan Guru Agama Pertama (PGAP) Bandung (1964-1967); Sekolah Menengah Umum Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA) Bandung (1968-1970); Sarjana Muda (BA) Fakultas Ushuluddin IAIN SGD Bandung (1971-1974); Sarjana Lengkap (Drs) Fakultas Ushuluddin IAIN SGD Bandung, (1975-1978); S2 Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung (1989-1993); dan S3 Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung (1994-1999).


Publikasi Ilmiah diantaranya ialah buku Sosiologi Agama (Rosdakarya, 2000); Metode Penelitian Agama (Pustaka Setia, 2001); Tarekat Dalam Islam (Pustaka Setia, 2003); Penelitian Keberagamaan Masyarakat Amerika di Kota Binghamton (New York, 2001); Penelitian Religiositas Mahasiswa Muslim di Universitas Katolik Parahiyangan (2000); Penelitian Sosialisasi Agama Pada Keluarga Pedesaan di Blanakan Ciasem Subang, Jawa Barat (2000); Penelitian Perbedaan Persepsi WNI Keturunan Cina Terhadap Islam dan Kristen (2000); Penelitian Dinamika Rasional Dalam  Masalah Masalah Keagamaan (1999); dan Penelitian Komunitas Tarekat di Perkotaan Kasus di Kota Bandung (1999).  



Tulisanya sering muncul di Koran Republika, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, ini 10 tulisan maha karya Prof Dadang Kahmad terbaik; Menghilangkan Kecurigaan Beragama; Kesalehan Lingkungan; Kesempurnaan Iman; Anomali Kejujuran; Bulan Pendidikan; Pencerahan Muhammadiyah; Puasa Autentik & Kesalehan Sosial; Agama tanpa Media; Shaum dan Ukhuwah Kebangsaan; Masyarakat Islam yang Sebenar-benarnya. 

 

2. Prof Asep S. Muhtadi, Guru Besar Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung - ‪‪Dikutip 269 kali‬‬ - Metode Penelitian Dakwah‬. 


Lahir di Bandung, 19 Juni 1961. Riwayat pendidikannya ditempuh mulai dari SLTP/SLTA Pondok Pesantren Pembangunan “Sumur Bandung”; Sarjana Muda: IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1985) dalam program studi Pendidikan Matematika, Fakultas Tarbiyah; Sarjana Muda: IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1985) dalam studi Islam Fakultas Ushuluddin; S1: IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1987) dalam program studi ilmu dakwah dan komunikasi; S2: University of Wisconsin-Madison, USA. (1995), dalam bidang Studi Kawasan Asia Selatan, dengan konsentrasi pada perkembangan sejarah sosial politik; Universitas Padjadjaran Bandung (2003), dalam bidang Komunikasi dengan spesifikasi komunikasi politik.


Publikasi Ilmiah diantaranya ialah buku: Komunikasi Politik Nahdlatul Ulama (Jakarta: LP3ES, 2004); Pribumisasi Islam (Bandung: Pustaka Pelajar, 2004); Era Baru Politik Muhammadiyah (Bandung: Humaniora, 2005); Metodologi Penelitian Dakwah (Bandung: Pustaka pelajar, 2002); Jurnalistik: Pengantar Teori dan Praktik (Jakarta: Logos, 1999); Agama dan Pembangunan (Bandung: Pemda Jabar, 1997); Komunikasi Politik Indonesia (Bandung: Rosda Karya, 2008); Kampanye Politik (Bandung: Humaniora, 2008); Dinamika Mahasiswa dalam Lintasan Tradisi Akademik (Bandung: Insan Cita, 1996); Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah di Televisi (Bandung: Pusdai Press, 1999); Komunikasi Dakwah (Bandung: Sajjad, 2008); Do’a, Tak Sekedar Meminta (Bandung: Sajjad, 2011)




Tulisanya sering muncul di Koran Republika, Pikiran Rakyat, Galamedia. ini 10 tulisan maha karya Prof Asep S Muhtadi terbaik:  Keletihan Politik; Kontroversi Sepuluh Zulhijah; Surat Terbuka untuk Kwik Kian Gie; Kebangkitan Ki Sunda; Membaca Hubungan Indonesia-Timur Tengah; Komite Sekolah Gratis; Arsitek 1.000 Masjid itu Telah Berpulang; Sekolah Sehari Penuh; Pembangunan Perdesaan; Ramadan di Tengah Kegaduhan. 


3. Prof Rosihon Anwar, Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung - ‪‪Dikutip 2.427 kali‬‬ - ‪Tafsir‬ - ‪Ulumul Quran‬ - ‪Tasawuf‬


Lahir di Kuningan, 15 September 1969. Riwayat pendidikannya ditempuh mulai dari SDN Bayu Asih Kuningan (1983); MTs NU Buntet Cirebon (1986); MANU Buntet Cirebon (1989); S1 IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1993); S2 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1996); S3 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005).


Publikasi Ilmiah diantaranya ialah buku: Melacak Unsur-Unsur Israiliyyat dalam Tafsir al-Thabari dan Tafsir Ibn Katsir (Bandung, Pustaka Setia, 1999); Ulumul Qur'an (Bandung, Pustaka Setia, 2000, ed. Revisi 2010); Ilmu Tasawuf (bersama Mukhtar Solihin) (Bandung, Pustaka Setia, 2000); Ilmu Kalam (bersama Abdul Rozak) (Bandung, Pustaka Setia, 2001, ed.Revisi 2012); Kamus Teologi Islam (Bandung, Pustaka Setia, 2001); Pengantar Ulumul Qur’an (Bandung, Pustaka Setia, 2001); Belajar Praktis Bahasa al-Qur’an Jilid I, II, III, (Bandung, PT al-Ma`arif, 2002); Kamus Tasawuf (Bandung, Rosda Karya, 2002); Akhlak Tasawuf (Bandung, Pustaka Setia, 2008, ed. Revisi 2010); Akidah Akhlak (team) (Bandung, Pustaka Setia, 2009); Menelusuri Relung Batin Al-Qur’an (Erlangga, Jakarta, 2009); Khutbah Lingkungan Bahasa Sunda (team), 2009, Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat; Fiqih Lingkungan Bahasa Sunda (team), 2009, Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat; Pengantar Studi Islam (bersama team), (Bandung, Pustaka Setia, 2010); Cara Mudah Memahami Bahasa Al-Qur’an (Mizan, 2014); Seri Tafsir Tematik Kemenag (team) (2011-2012); Indahnya Agama Islam (Bandung, Armico, 2014); Al-Misykat (editor) (Mizan, 2014); Ilmu Tafsir (Bandung, Pustaka Setia, 2015); Seri Tafsir Ilmi Kemenag (team) (2014-2015); The Wisdom, (editor), (Mizan, 2015); Ensiklopedi Seputar al-Qur’an (Bandung, Arfino Raya)


Tulisanya sering muncul di Koran Republika, Pikiran Rakyat, Galamedia. ini 10 tulisan maha karya Prof Rosihon Anwar terbaik: Alquran sebagai Jalan Keluar; Optimalisasi Dakwah Ramadhan; Teks Alquran dan Realitas; Tafsir Pemberi Solusi; Kurikulum Islam Moderat; Memagari Pendakwah; Menafsir Zakat; Ramadhan & Living Qur’an; Pesan Sosial lailatul Qadar; Spiritualitas Lebaran.