Dahulukan Prestasi Bukan Prestise!

Notification

×

Iklan

Iklan

Dahulukan Prestasi Bukan Prestise!

Minggu, 20 November 2022 | 08:47 WIB Last Updated 2022-11-20T02:20:41Z


Oleh: Idat Mustari,
Pemerhati Sosial Kebangsaan dan Advokat


NUBANDUNG.ID - Prestasi dan prestise, dua kata yang sangat mirip jika diucapkan, tetapi punya makna yang berbeda. Secara bunyi agak mirip, tapi tak berarti memiliki kesamaan maknawi.  


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Sedangkan prestise adalah wibawa (perbawa), kebanggaan yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang.


Prestasi dan prestise adalah dua hal yang mungkin selalu hadir bersama. Prestasi selalu terkait dengan prestise. Jadi tidak heran jika setiap orang berlomba-lomba untuk mencapai prestasi tertentu agar dapat prestise. 


Tetapi jika pencapaian prestasi hanya bertujuan semata-mata untuk prestise, ada kecendrungan cara yang dipilih bukanlah cara yang baik, cara instan, menghalalkan segala cara. Yang berprestasi pasti dapat prestise. Namun yang berprestise belum tentu berprestasi. 


Kalau ada siswa/mahasiswa demi memperoleh nilai ujian bagus dengan cara mencontek, membeli soal ujian, maka siswa/mahasiswa tersebut sedang mengejar prestise bukan prestasi.


Kalau ada caleg bisa terpilih tanpa harus cape-cape terjun ke masyarakat cukup membayar oknum pemegang otoritas pengelola rekapitulasi perhitungan suara “menjaga” perhitungan suara di simpul-simpul perhitungan suara, maka caleg itu sedang mengejar prestise bukan prestasi.


Kalau ada daerah kota/kabupaten demi memperoleh penghargan Adipura sebagai kota/kabupaten yang bersih dan indah tetapi dengan cara manipulasi hanya demi pencitraan, maka daerah tersebut sedang mengejar prestise bukan prestasi.


Kalau ada bupati/walikota yang menyuap Auditor Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) supaya mendapatkan predikat audit Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) untuk laporan keuangan Pemerintah yang dipimpinnya kemudian tertangkap KPK atau belum tertangkap maka Bupati/Walikota itu sedang mendahulukan prestise ketimbang prestasi.


Kalau ada daerah kabupaten/kota yang hanya mengejar emas dalam kompetisi Porprov (pekan olahraga provinsi) dengan cara membeli atlet dari luar dan sudah jadi, bukan pula hasil pembinaan asli daerahnya, maka daerah tersebut sedang mengejar prestise bukan prestasi


Begitupun kalau ada seseorang yang pergi ke sebuah resepsi, kemudian pergi membawa perempuan cantik dikenalkan ke para tamu undangan lainnya sebagai istrinya padahal bukan istrinya melainkan perempuan sewaan dan istrinya dibiarkan di rumah karena merasa tidak “PD” (percaya diri) dibawa ke resepsi berarti orang itu sedang mengejar prestise. 


Dan tentu saya tidak berharap orang itu adalah anda. hehehe!!!