Kuy Belajar Harmoni Keislaman, Kemodernan dan Kesundaan dari Prof Dadang Kahmad

Notification

×

Iklan

Iklan

Kuy Belajar Harmoni Keislaman, Kemodernan dan Kesundaan dari Prof Dadang Kahmad

Kamis, 10 November 2022 | 08:47 WIB Last Updated 2022-11-10T02:37:02Z

NUBANDUNG.ID – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Dadang Kahmad MSi bersyukur dirinya dapat berkontribusi untuk institusi tempatnya mengajar dan terutama di Muhammadiyah.


Hal itu Prof Dadang Sampaikan dalam sambutan "Seminar Nasional Pemikiran Prof Dr KH Dadang Kahmad: Islam, Kemodernan, dan Kesundaan" yang digelar Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan berlangsung di Grand Cordella Hotel Kota Bandung pada Rabu 09 November 2022.


“Saya menikmati pengabdian ini karena suasananya kekeluargaan, kondusif, dan saling mendukung untuk kemajuan yang hal ini belum tentu ada di kampus lain,” tuturnya.


Prof Dadang juga menjelaskan dirinya bertalar belakang pendidikan perbandingan agama sehingga membuatnya bisa bergaul dengan siapa pun yang latar belakang keyakinan berbeda.


“Termasuk saya berkawan baik dengan seorang Katolik. Dia selalu datang ke rumah saya setiap lebaran. Kalaupun dia tidak datang, minimal bingkisan lebarannya selalu dikirim ke rumah,” ungkapnya yang langsug disambut tawa riuh peserta seminar.


Sementara itu dalam sambutan pembuka, Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung Prof Dr H Mahmud MSi mengatakan bahwa Prof Dadang merupakan tokoh agama Islam dan juga tokoh Muhammadiyah yang banyak memberikan kontribusi positif kepada UIN SGD Bandung. 


Rektor juga menilai Prof Dadang termasuk tokoh yang sukses dalam membina keluarga. Anak dan menantunya baik dan saleh.


“Beliau itu luar biasa. Suatu hari beliau mengobrol dengan saya. Beliau minta dihalalkan apabila ada sesuatu dari pekerjaan yang tidak sengaja termakan oleh beliau dan keluarga. Ini sesuatu yang luar biasa bagi saya,” tutur rektor.


Rektor menilai Prof Dadang termasuk salah satu tokoh yang mampu membesarkan nama UIN Bandung. Oleh karena itu, rektor sangat mengapresiasi apa yang sudah dilakukan oleh Prof Dadang.


Pada kesempatan ini, Ketua PWM Jabar KH Suhada menjelaskan terkait kebudayaan Sunda yang termasuk kebudayaan tua di Nusantara. KH Suhada memaknai nilai-nilai kesundaan sebagai etos kerja. Filosofi Sunda seperti sehat jasmani, rohani, pikir, dan sehat moral, menurut KH Suhada, sudah dipraktekkan oleh Islam, khususnya Muhammadiyah.  


Sosok inspiratif


Pada kesempatan kali ini, Wakil Rektor I UIN SDG Bandung Prof Dr H Rosihon Anwar MAg mengatakan kalau Prof Dadang merupakan sosok inspiratif sejak dirinya masih muda. Prof Rosihon bercerita bahwa Prof Dadang yang juga Ketua BPH UM Bandung ini banyak mengajarkan dirinya ilmu agama.


“Termasuk dahulu beliau juga mengajari kami bagaimana manajemen di Fakultas Ushuluddin. Ketika saya menjadi dekan, saya sempat bertanya apakah Prof Dadang setuju atau tidak ya,” kata Prof Rosihon.


Sementara itu Guru Besar Ilmu Komunikasi UIN Bandung Prof Dr H Asep Saeful Muhtadi MA mengatakan kalau Prof Dadang merupakan muslim yang mumpuni, modern, termasuk tokoh langka, sehingga pantas kalau Prof Dadang menyandang gelar guru besar sosiologi agama.


Prof Asef juga menilai Prof Dadang memang cocok memimpin Muhammadiyah. "Andai saya punya hak suara, saya pasti memilih beliau menjadi Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah," katanya yang tentu saja disambut tawa dan tepuk tangan.


Prediksi yang menjadi nyata


Adapun Dekan Fakultas Agama Islam UM Bandung Prof Dr H Afif Muhammad MA mengaku sudah mengamati Prof Dadang sejak dari mahasiswa. Ketika itu dirinya memprediksi bahwa Dadang Kahmad muda akan menjadi orang yang sukses suatu hari nanti. 


"Dan itu menjadi kenyataan. Bahkan masih usia muda saja beliau sudah menjadi wakil dekan. Saya amati beliau ini sepanjang hidupnya selalu punya jabatan," kata Prof Afif yang lagi-lagi disambut tawa.


Prof Afif mengatakan kalau Prof Dadang adalah sosok modern dan kebetulan berkiprah di Muhammadiyah yang merupakan organisasi modern.


Sedangkan bagi Dr Hj Yeni Huriani MHum, asisten Prof Dadang di UIN Bandung, mendampingi tokoh senior Muhammadiyah ini merupakan suatu hal yang membahagiakan. Yeni menceritakan bahwa mulai skripsi hingga disertasi dibimbing oleh Prof Dadang. 


"Sebetulnya saya sempat protes dulu kenapa saya disandingkan dengan beliau. Saya menjadi asisten beliau itu tidak percaya diri karena saya merasa masih kurang pantas," katanya. 


Namun, dirinya tidak bisa menolak karena banyak mendapatkan pengalaman, ilmu, dan berbagai nasihat dari Prof Dadang. Termasuk ketika dirinya dulu ditunjuk menjadi Ketua Juruan Perbandingan Agama.