2 Puisi Iqbal Dibacakan Prof Bambang Q-Anees saat Dikukuhkan Jadi Guru Besar Kebijakan Pendidikan UIN Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

2 Puisi Iqbal Dibacakan Prof Bambang Q-Anees saat Dikukuhkan Jadi Guru Besar Kebijakan Pendidikan UIN Bandung

Sabtu, 10 Desember 2022 | 07:05 WIB Last Updated 2022-12-10T00:05:22Z




NUBANDUNG.ID-Ada yang unik pada saat pengukuhan Prof. Dr. H. Bambang Qomaruzzaman, M.Ag., sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kebijakan Pendidikan Fakultas Ushuluddin (FU) dalam acara Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar yang digelar secara luring dan disiarkan langsung melalui kanal Youtube UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Kamis (08/12/2022).


Ketika Prof Bambang Q-Anees menyampaikan orasi ilmiah berjudul Ilmu Kebijakan Pendidikan Islam sebagai Teologi Praksis Pendidikan Islam diselingi dengan membaca puisi Muhammad Iqbal. 



Kebijakan Pendidikan Islam di Indonesia saat ini masih lebih besar didasarkan hanya pada keputusan Pemerintah dan kurang melibatkan otoritas Ulama. Apakah artinya kita membiarkan pengajaran agama dilakukan oleh para Saariq?


Pada titik inilah Ilmu Kebijakan Pendidikan diperlukan dan harus mulai menjadi salah satu fokus dari umat Islam. Kita tak bisa membiarkan “aturan main pembelajaran Islam” sebagai cek kosong, kita harus mengisinya dengan spirit Islam di Indonesia: teologi Ahlusunnah Waljamaah. Tentu saja orientasinya bukan Islamisasi atau syariatisasi, jika ini yang dilakukan berarti dominasi religious authority choose daripada government choose.  


Yang dilakukan adalah upaya menjadikan teologi Ahlusunnah Waljamaah sebagai “hal yang objektif” atau yang “ma’ruf” yang kebaikannya diterima dan menguatkan NKRI. Yang diperlukan adalah dialog kreatif antara religious authority choose dengan government choose.


Jika tidak segera dilakukan, ummat Islam akan semakin tersingkir dari peran kehidupan. Seperti yang dibayangkan Muhammad Iqbal pada puisi Shikwa (puisi gugatan pada Tuhan). Pada Shikwa Muhammad Iqbal merajuk dan kesal pada Tuhan karena ummat Islam mengalami kekalahan dan kemunduran, sementara para penjajah yang tak menjalankan ajaran Islam justru menang dan berperadaban. Iqbal menulis:


Mengapa aku harus memilih peran pecundang? 

Terus bersabar, lalu apa keuntungan apa yang kudapat?

Mengapa aku terjebak tak memikirkan apa yang terjadi esok hari, 

tapi selalu memikirkan kesengsaraan kemarin?

Mengapa telingaku terpesona mendengar nada sedih bulbul?

Mawar, apakah aku akan kehilangan diriku dalam alunan musik yang manis?

Apakah aku akan mekar dalam diam?

Sementara aku memiliki karunia lagu yang memberiku keberanian 

untuk mengeluh dan mengutuk

Walau lalu mulutku tersumpal lumpur



Tapi ah! 

ini tidak lain tersebab Tuhan 

biar aku kutuk Dia dengan sedih!


Lalu Iqbal menghujat bahwa umat Islamlah yang menyebabkan ajaran Islam dan nama Allah tegak dan tersebar di muka bumi.


Before us your world had become an anomaly,

Stones were worshiped, the trees Godly.

Understanding was a reflection of only the senses,

Then how could man believe in an Almighty beyond mortal lenses?

Name us those who took your name…?

Had it not been for us who would have spread your flame?

 ….

Our unsettled hearts, perhaps,

no longer home in on the Qiblah,

nor have we kept the faith

with due diligence. But then,

haven’t You been compassionate

betimes, yet more than often

showered benefaction upon strangers?

We shouldn’t say this, but Y ou too

have been less than loyal


Iqbal menggugat Tuhan, kenapa para pengingkar Tuhan Berjaya sementara para pembelanya justru tersingkir di luar peradaban? Lalu pada puisi jawab-i shikwa, Tuhan memberikan jawaban:


Aku selalu siap untuk memberi, tetapi tidak ada penerima yang bersedia,

Aku sangat ingin membimbing, tetapi tidak ada yang mencari bimbingan.

Kesialanmu  karena ketidakmampuanmu, bukan kurangnya ajaran,

Milikmu bukanlah tanah liat yang dapat menjadi mahkota ciptaan.

Hanya kepada yang pantas, aku anugerahkan kemuliaan Kaisar,

Untuk pada penjelajah, aku bahkan mengungkap benua baru

Katakan padaku siapa yang menutup paganisme di halaman sejarah?

Katakan padaku siapa yang membuang belenggu yang memberatkan

perbudakan dan membebaskan umat manusia?

Katakan padaku siapa yang dahinya ditandai

sujud dan menjadikan Ka'bah tempat tuju kesalehan?

Katakan padaku siapa yang berkomitmen untuk hati Wahyu Suci?

Kebanggaan atas tindakan-tindakan  nenek moyangmu itu  tidak membuatmu lantas layak dapat pujian,

Karena yang kau lakukan hanyalah diamm melipat tangan, hanya menunggu keselamatan.


….

Jika kau Muslim sejati 

Takdirmu adalah meraih apa yang kauinginkan

Jika tak kau lepaskan keimananmu pada Muhammad

Aku akan selalu bersamamu

Apa arti dunia yang menyedhkan ini?

Aku menawarimu untuk menulisnya dengan pena dan buku sejarah!


Atas semua kondisi kita sebagai ummat Islam di tengah peradaban ini, kita tak bisa menggugat Tuhan. Kitalah yang harus memperbaiki cara kita terkait dengan spirit Muhammad diantaranya dengan mengaitkan segala perilaku kita pada teologi Islam, terutama pendidikan Islam harus terkait dengan teologi Ahlusunnah Waljamaah.