Terima Kasih, Para Nabi Pun Iri

Notification

×

Iklan

Iklan

Terima Kasih, Para Nabi Pun Iri

Rabu, 21 Februari 2024 | 10:43 WIB Last Updated 2024-02-21T03:43:12Z


Oleh: H Idat Mustari


NUBANDUNG.ID -- Suatu ketika usia shalat Rasulullah SAW menghadapkan wajahnya ke orang-orang. Lalu beliau bersabda“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat beberapa manusia yang bukan para nabi dan orang-orang yang mati syahid (syuhada). Namun Para nabi dan orang-orang yang mati syahid merasa iri kepada mereka pada Hari Kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Ta'ala.” 


Beberapa Orang sahabat bertanya , “Wahai Rasulullah, apakah Anda akan mengabarkan kepada kami siapakah mereka?


Rasulullah saw bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai dengan ruh dari Allah tanpa ada hubungan kekerabatan di antara mereka, dan tanpa adanya harta yang saling mereka berikan. 


Demi Allah, sesungguhnya wajah mereka adalah cahaya, dan sesungguhnya mereka berada di atas cahaya, tidak merasa takut ketika orang-orang merasa takut, dan tidak bersedih ketika orang-orang merasa bersedih.”(HR.Ahmad).


Hadits itu menjelaskan tentang keutamaan berinteraksi dengan orang lain, seperti kaum Muhajirin dan Anshor yang bukan karena adanya garis darah tetapi karena ketulusan, bukan karena kepentingan sesaat,atau mencari-cari peluang dunia, kekuasaan atau pun kedudukan.


Hadis diatas menjelaskan-menganjurkan seorang muslim saat berinteraksi dengan orang lain untuk diniatkan saling memberi manfaat bukan bagaimana bisa memanfaatkan salah satu. Saling memberi rasa nyaman dan keuntungan bukan bagaimana cara mencari untung tak peduli orang lain dirugikan.


Hadis diatas menjelaskan bagaimana kedudukan seseorang dapat tempat yang bikin iri para nabi dan Syuhada hanya karena berinteraksi dengan orang lain, lantas saling menguatkan, saling do'akan, saling berbagi kebaikan, saling nasihat,bukan karena hanya karena materi atau dunia semata.


Sejatinya, berinteraksi dengan orang lain itu dilandasi hati yang baik, pikiran yang jernih,itulah yang dimaksud berinteraksi  dengan orang lain karena Allah. Jika saja kita bisa melakukannya maka kelak kita akan dapat posisi atau kedudukan yang bisa membuat iri para Nabi dan Syuhada. Tentu saja untuk itu tidaklah mudah, tetapi harus diperjuangkan.

 

Lupa Berterimakasih


Sangat dan bisa dipastikan seseorang yang tidak bisa berterimakasih kepada manusia, maka tak akan punya kemampuan berterimakasih kepada Allah. Allah tak akan mendengar komat kamit bibir bacaan 'alhamdulillah' ratusan kali, orang seperti itu.


Habib Ali Al Jufri berkata "Jika tanganmu pendek untuk membalas kebaikan seseorang maka panjangkanlah lisanmu untuk mendoakannya."


Entah berapa sering kita memanjatkan doa pada Allah agar orang-orang yang telah berbuat baik memperoleh ampunan, kemuliaan dan rupa rupa kebaikan lainnya, atau justru tak pernah sama sekali.


Terimakasih kita yang utama adalah kepada kedua orang tua.Bersyukurlah kalau masih ada karena bisa berterimakasih kepada mereka dengan membalas kebaikan mereka dengan nyata dan doa. Bagi mereka yang orang tuanya telah tiada, maka berterimakasih dengan doa. 


Sungguh siapapun anak yang tak pernah berdoa untuk kedua orang tuanya maka Allah akan cabut kenikmatan dan keberkahan hidupnya. 


Tentu saja berterimakasih  bukan hanya kepada orang tua melainkan juga kepada siapapun yang telah berbuat baik pada kita.Balaslah kebaikan orang dengan air susu bukan dengan air tuba. 


Memang manusia suka lupa pada orang yang telah berbuat kebaikan. Ada istilah orang sunda, "beda keur butuh." Namun manusia pada umumnya seperti itu,digambarkan dalam QS. Al-Isra, 17: 67 ”Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.”


Ya Allah ampunilah orang orang yang telah berbuat baik pada diriku, Muliakanlah mereka dunia da akherat. Aamiin Ya Rab...!


 Met aktivitas, semoga sehat selalu,bahagia selalu, panjang umur dan diluaskan rezekinya.