NUBANDUNG.ID -- Cahaya berupa spektrum yang membuat terang dari keadaan gelap gulita kepada terang benderang. Cahaya dalam Diri ini masuk pada ruhani berupa Nur Islam, Nur Iman, dan Nur Ihsan. Tiga tingkatan ini merupakan jalan menuju kedekatan dengan Allah dan kebahagiaan abadi.
Nur Islam, Tanda Senang Beribadah
Islam yang benar akan memancarkan cahaya ke dalam hati. Salah satu tandanya adalah hati yang senang beribadah, bukan terpaksa. Orang yang memiliki nur Islam akan mencintai shalat, suka membaca Al-Qur’an, dan merasa rindu datang ke masjid.
Nabi SAW bersabda
"ذَاقَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولاً"
"Telah merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Rasulnya." (HR. Muslim)
Nur Iman, tersambung kepada Allah setiap waktu
Orang yang memiliki nur iman, hatinya selalu hidup dan terhubung dengan Allah. Ia merasa Allah selalu melihat dan memperhatikannya. Maka ia menjaga hati, tutur kata, dan amal perbuatannya.
Rasulullah SAW bersabda
"إِنَّ اللّهَ لاَ يَنظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ"
"Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian." (HR. Muslim)
Nur Ihsan, Segala amal hanya untuk ridha Allah
Tingkatan tertinggi adalah nur ihsan, yaitu amal dilakukan bukan karena ingin pujian atau imbalan dunia, tapi semata karena Allah. Inilah orang yang senantiasa merasa diawasi oleh-Nya (muraqabah).
Hadis Jibril menyebutkan:
"أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ"
"Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari & Muslim)
Tiga nur ini bukan teori kosong, tapi tanda kehidupan ruhani. Jika kita tidak merasa rindu pada ibadah, tidak merasa diawasi Allah, dan amal kita belum ikhlas, itu tandanya cahaya belum menyinari nurani kita.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا نُورًا، وَفِي أَعْمَالِنَا نُورًا، وَفِي أَبْصَارِنَا نُورًا، وَفِي سَمْعِنَا نُورًا
Mari kita evaluasi hati kita masing-masing. Apakah kita telah memiliki:
Nur Islam yang membuat kita mencintai ibadah?
Nur Iman yang menjadikan hati kita hidup bersama Allah?
Nur Ihsan yang membuat kita ikhlas dalam beramal?
Jika belum, maka belajar perbanyak taubat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan hadir di majelis ilmu. Karena cahaya iman itu turun melalui pintu-pintu tersebut.
Rasulullah SAW bersabda:
"إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا" قَالُوا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: "حِلَقُ الذِّكْرِ"
"Jika kalian melewati taman-taman surga, maka berhentilah dan nikmatilah." Mereka bertanya: 'Apa taman-taman surga itu?' Beliau menjawab: 'Majelis dzikir.'" (HR. Tirmidzi)
S. Miharja, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung