NUBANDUNG.ID -- Kemerdekaan, bukanlah perayaan setahun sekali dengan bendera yang berkibar, terompet yang ditiup ataupun petasan yang diletupkan. Kemerdekaan adalah adalah kerja harian, pergulatan batin, dan komitmen kolektif. Bersatu adalah syarat, berdaulat adalah jalan, sejahtera adalah tujuan, dan maju adalah sesuatu yang harus diwujudkan.
Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah undangan untuk merenung: apakah kita telah setia pada janji itu? Ataukah kita hanya larut dalam euforia, lalu alpa bahwa kemerdekaan sejatinya adalah tugas yang diwariskan, bukan hadiah yang bisa kita sia-siakan?
Delapan puluh tahun kemerdekaan. Mengingat jasa pahlawan bukan hanya dengan mengenang nama, menuliskannya menjadi nama jalan atau yayasan, melainkan dengan melanjutkan spirit dan keikhlasan perjuangan mereka: menyingkirkan kepentingan pribadi demi kepentingan bangsa.
Delapan puluh tahun adalah waktu yang panjang. Tetapi di hadapan sejarah, ia hanyalah sebuah awal. Indonesia masih harus terus berjalan, menulis kisahnya, menempuh jalan yang penuh liku. Dan selama kita bersatu, berdaulat, dan setia pada rakyat, Indonesia akan terus melangkah maju. Insya Allah.[]
Radea Juli A. Hambali, Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung