Peringati Hari Santri Nasional 2025, Magister Studi Agama-Agama UIN Bandung Teguhkan Moderasi dan Pemberdayaan Perempuan ////]]>

Notification

×

Iklan

Iklan

Peringati Hari Santri Nasional 2025, Magister Studi Agama-Agama UIN Bandung Teguhkan Moderasi dan Pemberdayaan Perempuan

Kamis, 30 Oktober 2025 | 07:17 WIB Last Updated 2025-10-30T00:21:08Z
Affiliasi


NUBANDUNG.ID -- Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2025, Program Magister Studi Agama-Agama (SAA) Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung bekerja sama dengan Pimpinan Wilayah Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PW ISNU) Jawa Barat bidang Pemberdayaan Perempuan sukses menyelenggarakan Kuliah Umum Nasional bertajuk “Moderasi Beragama dan Pemberdayaan Perempuan: Meneguhkan Peran Santri dalam Menjaga Indonesia yang Inklusif dan Berkeadilan.”


Kegiatan yang berlangsung secara hybrid di Aula Pascasarjana lantai 4 dan melalui Zoom Meeting ini menghadirkan akademisi, santri, dosen, dan aktivis dari berbagai daerah di Jawa Barat.


Kuliah umum dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. H. Ajid Thohir, M.A., Wakil Direktur I Pascasarjana UIN Bandung, yang menegaskan bahwa tema ini sangat relevan dengan visi Pascasarjana untuk melahirkan ilmuwan dan pemimpin berkarakter moderat, berkeadilan, dan berperspektif gender.


“Kesetaraan gender bukanlah ide modern, melainkan prinsip Islam sejak awal. Islam memberi ruang yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk beriman, berilmu, dan beramal. Kesetaraan bukan keseragaman, tapi keseimbangan,” ujar Prof. Ajid, Rabu (29/10/2025).


Beliau juga menekankan bahwa diskursus akademik seperti ini menjadi bentuk nyata peran Magister Studi Agama-Agama dalam memperluas wacana moderasi beragama dan gender di lingkungan kampus dan masyarakat.


Sesi kuliah umum dipandu oleh Dr. Neng Hannah, M.Ag., dosen dan Sekretaris Prodi Magister SAA, yang juga menjadi inisiator kegiatan. Ia menegaskan bahwa ruang dialog antara akademisi dan praktisi keagamaan perlu terus dibangun agar nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin semakin membumi.


Tiga narasumber nasional dihadirkan dalam forum ini. Miftahul Huda (Initiative of Change Indonesia) membuka sesi dengan materi “Inner–Relational Healing” sebagai dasar bagi terciptanya perdamaian dan moderasi. Ia menuturkan bahwa perubahan sejati dimulai dari refleksi diri, penyembuhan batin, hingga aksi sosial kolektif yang menumbuhkan kepercayaan lintas komunitas.


Selanjutnya, Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si., Ketua PW ISNU Jawa Barat sekaligus Dekan Fakultas Psikologi UIN Bandung, memaparkan bahwa moderasi pemberdayaan perempuan merupakan prasyarat keadilan sosial. Ia menyebutkan tiga langkah penting agar perempuan menjadi agen perdamaian: mengurangi ketimpangan gender, memperkuat kesejahteraan multisektoral, dan menjadikan perempuan sebagai lokomotif pendidikan agama moderat.


Sementara itu, Nyai Dr. Hj. Hindun Annisah, M.A, Anggota DPR RI Komisi IV Fraksi PKB juga Komisi Legislasi, membahas keterkaitan perempuan, politik, dan moderasi beragama. Menurutnya, politik rahmatan lil ‘alamin hanya dapat terwujud jika moderasi dijadikan landasan etika bernegara.


“Moderasi beragama adalah sikap seimbang antara pengamalan agama sendiri dan penghormatan pada keyakinan orang lain,” ujarnya. 

Sesi diskusi berlangsung interaktif dengan empat penanya aktif, yakni Ridha Romdiani (PW ISNU Jabar), Paridah Napilah (mahasiswa S3 SAA), Pak Cucu (FKDT Cimahi), dan Nyai Sahidah Nurlaila (PC Fatayat KBB).


Kegiatan yang berlangsung hangat dan reflektif ini menegaskan komitmen Pascasarjana UIN Bandung, khususnya Magister Studi Agama-Agama, dalam memperkuat peran keilmuan Islam yang moderat, adil gender, dan berorientasi pada kemaslahatan sosial.


“Magister SAA hadir sebagai ruang dialog lintas ilmu, iman, dan kemanusiaan. Hari Santri kali ini menjadi momentum mempertemukan gagasan akademik dengan gerakan sosial umat,” tutup Dr. Neng Hannah.