Betulkah, Kang Emil Pemimpin Suami Bahagia? Silakan Dicek

Notification

×

Iklan

Iklan

Betulkah, Kang Emil Pemimpin Suami Bahagia? Silakan Dicek

Rabu, 07 Februari 2018 | 11:31 WIB Last Updated 2022-09-09T01:43:13Z
 
TAHUKAH kamu bahwa suami bahagia itu selalu tegar; bukan “teu gaduh rarasaan” dan sabar; bukan “sagala bareuh” karena banyak dahar? Nah, dengan ketegaran dan kesabaran, tentunya suasana hati akan senyaman embusan angin di pantai; bahkan lebih nyaman ketimbang angin sepoi-sepoi di kebun awi, yang dibawahnya mengalir sungai Cimanuk. Dalam bahasa lain, nih, ketegaran dan kesabaran itu berpulangnya kepada hati sanubari seseorang. 

Jadi, sumber utama kita disebut suami bahagia ialah saat hati merasakan nyaman seperti sedang “moyan” untuk “moe tonggong” pada pagi hari. Hatinya tidak merasakan beban berat meskipun sedang ditimpakan beban masalah oleh Allah. Hatinya selalu menjadi surga yang menyejukkan hati, sementara sikap dan tindakannya selalu menuju kebaikan yang diridhai-Nya.

Soal hati sebagai sumber kebahagiaan ini, Syeikh Ibn Taimiyah berujar, “Jannati Huna (fi Qalbi)” – surgaku letaknya disini (di dalam hatiku). Surga ialah kebahagiaan itu sendiri.  

Karena itu, agar kita menjadi suami yang berbahagia, agar hati menjadi surga yang menentramkan; pilihlah calon pemimpin yang bisa menanam kebahagiaan di dalam diri. Pemimpin yang tak hanya mengetahui potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) saja; tetapi mampu mengelola SDA dan SDM di wilayah kepemimpinannya dengan ragam inovasi, kreativitas, dan produkitivitas yang sustainable.

Mengapa demikian, Bro?

Karena sebagai seorang suami, kita punya kewajiban untuk memberikan nafkah kepada isteri tercinta, dan washilahnya hal ini bisa diwujudkan oleh pemimpin yang punya “sense of charity” terhadap suami-suami baper dan galau karena sulit mencari nafkah. Inget deh, selain hati yang lapang, salah satu tanda kebahagiaan itu, yakni terpenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan keluarganya. Maka, pilihlah pemimpin yang mampu meningkatkan iklim ekonomi di daerahmu, sehingga mencari rezeki pun jadi lancar bablas angine.  

Kang Irfan Amalee dalam buku barunya, Islam Itu Ramah, Bukan Marah (Nourabook, 2017) menulis, Jika memilih seorang calon (pemimpin), pastikan kamu memilihnya karena kapabilitas dan kualitas kebaikannya, bukan karena hasutan informasi miring tentang calon pemimpin.

Dan, saya mendukung Ridwan Kamil alias beken disebut kang Emil, sebagai pemimpin yang dapat meningkatkan kebahagiaan sebagai seorang suami, karena yakin seratus persen saat kang Emil, memimpin Jawa Barat, akan banyak program inovatif, kreatif, dan produktif dalam memajukan sektor ekonomi. 
 
Kalau nggak salah, dalam buku Mengubah Dunia Bareng-Bareng (Kaifa, 2014), kang Emil mematok filosofi kesuksesan dengan konsep udunan. Dia mengatakan bahwa untuk menciptakan perubahan ke arah baik dan berkualitas, kita harus bergotong royong saling udunan, karena hidup yang indah dan berbahagia itu harus dibagikan kepada orang banyak.

Hebatnya lagi, sejak memimpin Kota Bandung, kang Emil berhasil meningkatkan indeks kebahagiaan Kota Bandung, dari 70,60 persen pada 2015, menjadi 80,2 persen pada 2017. Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tingkat kepuasan terhadap 10 aspek kehidupan yang esensial. 
 
Kesepuluh aspek tersebut secara substansi dan bersama-sama merefleksikan tingkat kebahagiaan yang meliputi kepuasan terhadap: 1) kesehatan, 2) pendidikan, 3) pekerjaan, 4) pendapatan rumah tangga, 5) keharmonisan keluarga, 6) ketersediaan waktu luang, 7) hubungan sosial, 8) kondisi rumah dan aset, 9) keadaan lingkungan, 10) kondisi keamanan.

Jadi, teu salah, nyak, mun urang ngajagokeun Kang Emil dalam Pilgub 2018; meskipun banyak ditolak oleh partai politik?