Puisi 2007 (Pesan dari Kampung)

Notification

×

Iklan

Iklan

Puisi 2007 (Pesan dari Kampung)

Jumat, 16 April 2021 | 19:54 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:43Z


Dulu, terlihat saya tak bisa berpuisi. Sekarang apalagi. namun, puisi bukan menyoal tentang bagus dan tidaknya; melainkan ada yang ingin kita sampaikan pada dunia. Inilah inisiatif saya menulis puisi, kumpulan puisi 2007 ini hanya beberapa saja yang dapat saya posting di weblog ini. 

Kumpulan puisi yang dikasih judul, "Pesan dari Kampung". Ada banyak kumpulan puisi saya yang nggan diterbitkan secara cetak. Karena, ya itu tadi, puisi saya jelek semua. hahaha


Hilang

suara parau itu mati juga
bosan aku terus berteriak lantang
tak didengar meski itu meneriaki ketulianmu
kesal aku melemparkan kepalan tangan ke angkasa
yang berbalas letupan-letupan senapan
dengan gagah perkasa

akhirnya, suaraku makin parau; tak terdengar
di tengah-tengah genjlong yang mengguncang dunia maya
bahkan dengan pekik histeris pun tak kunjung membuka lem perekat
di telinga kiri dan kananmu yang tuli dan tak mendengar

suara parauku sekarang tak pernah terdengar berteriak-teriak
mungkin, telah mati diterjang peluru panas yang mengganas
innalillahi wa inna ilaihi raaji'un!!!

suara perjuanganku kini tengah duduk di sisi tuhan

2007



tempatku di sini

tempatku di sini
lahir dan mati
tak kan kutinggalkan
kendati kekumuhan menghantui

tempatku di sini
berkeluarga dan beranak pinak
menuliskan tinta takdir kehidupan
yang berjibun ketidakpastian

gerangan kuhampiri wajah jijikmu
kusemburkan ludah bau
dan kulepaskan kepalan tinju
karena aku hanya akan terus menetap
hidup di sini dan mati pun aku mau di sini

di kampung tempatku berdendang teduh
yang pancari hidup dengan cahaya ke seluruh tubuh yang ringkih
seringkih tiang dari bambu kuning!

2007


Pesan dari Kampung

aku mulai membosani tingkah polah
yang datang bertubi dari ketakmanusiawian diri
kepulan asap dari dapur, hanya kepulan kesedihan
pembunuh kepercayaan

kata-katamu hanya disimpan di bawah bantal
yang tebarkan harum pesona
wajahmu jernih tak sejernih hati
hingga aku menolak buncahkan kata
yang berjibun kekaguman

kau tersenyum,
aku ketus tersenyum dalam hati
kau melambaikan tangan,
aku kepalkan tangan kebencian dibelakangmu
kau sorotkan pandang kebahagiaan,
aku tersedu-sedu seminggu setelah kunjunganmu itu berlalu
pesanku ternyata tak kau baca!

2007


Surau Kotor

kotoran hidup jengahi tuhan
atap genteng dari keringat kemunafikan,
menghisap ketulusikhlasan;
tembikar dari penghisapan kaum miskin
tak dikehendaki tuhan. korupsi!

2007


Lelah pada Hidup

terkungkung jiwa dan rasaku
menukik aku ke dasar alam bawah sadar
namun tak kutemukan secuil pun
kebebasan rasa

aku hanya lilitkan kelelahan rasa
di kedua belah mata
yang kosong dari cahaya kehidupan

2007



Aku Bukan Sisifus

aku mengangguk,
bahwa hidup tak semestinya begini terus-menerus
karena aku bukan sisifus
manusia yang terjebak rutinitas
dan nihil kreativitas

tapi kegembiraan hidupnya adalah aku
yang berwujud orang lain
karena ingar-bingar jiwanya seroboti
semangat diri yang telah sekian lama
terpendam di relung-relung ketakberdayaan

2007

Bebatuan Rasa

manusia batu yang memendam kegelisahan di pagi, siang, sore
dan malam hari; hanya sekadar menumpuki diri
dengan jutaan kilogram harta

mencekik inti diri ketuhanan
hingga mati dari sisi kemanusiaan
urat nadi dan hati tak berdegup,
mati merasai kehadiran sisi kemanusiaannya
nafas kepeduliaan di hati sanubari pun tertimbun lapisan ruang
dan waktu; mati tak menjelajahi sisi ketuhanan di kedalaman spiritualitas

pancaroba membentuk hatinya sekeras batu
sembilu yang tak merasai norma, etika dan nilai-nilai kehidupan
rengekan mereka, adalah milik mereka
tak sudi hantarkan kegelisahan manusiawi,
karena telanjur ku menjadi manusia dari bebatuan rasa
yang miskin dari empati
 

2007