Ilmuwan Teknik Elektro Kehadirannya Semakin Dibutuhkan Zaman!

Notification

×

Iklan

Iklan

Ilmuwan Teknik Elektro Kehadirannya Semakin Dibutuhkan Zaman!

Senin, 16 Agustus 2021 | 18:50 WIB Last Updated 2022-09-09T01:42:18Z

Pujo Laksono menyampaikan materi dalam webinar bertema ”Peran Teknik Elektro dalam Instrumentasi Kesehatan di Era Pandemi” (Foto: Dokumentasi Prodi Teknik Elektro UMBandung).

BANDUNG
– Teknik Elektro merupakan salah satu program studi di bawah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) yang telah beroperasi sejak 2016. 


Prodi ini mengusung visi menjadi program studi yang sangat baik berlandaskan Islam, sains, dan rekayasa. Salah satu program yang rutin digelar adalah seminar. Selain sebagai wadah dakwah, kesempatan ini juga digunakan sekaligus sebagai bentuk pengabdian dalam berbagi ilmu untuk masyarakat.


Demikian disampaikan Ketua Prodi Teknik Elektro UMBandung Jaya Kuncara Rosa Susila, M.T. ketika memberikan sambutan dalam webinar bertema ”Peran Teknik Elektro dalam Instrumentasi Kesehatan di Era Pandemi”, Sabtu (14/08/2021).


”Kita mencoba melihat sisi lain dari pandemi covid-19 ini dari sisi keinsinyuran utamanya insinyur teknik elektro. Kita tahu ada beberapa produk dalam negeri yang dihasilkan dari keilmuan teknik elektro ini, sebut saja Vent-I dan GeNose. Semoga dari seminar ini kita semua mendapatkan insight positif dari hadirnya pandemi covid ini. Terus berkarya untuk kemajuan bersama. Selamat menimba ilmu,” kata Jaya.


Dalam paparan yang berjudul “Data Sains untuk Analisis Kesehatan di Masa Pandemi”, dosen Prodi Teknik Elektro UMBandung Pujo Laksono, M.T. mengatakan saat ini pemahaman pentingnya data mulai meningkat di Indonesia di semua lapisan, dan bagaimana peranan teknik elektro dalam perkembangan zaman tersebut. 


Era big data


Pujo menyampaikan, saat ini kita hidup di era big data. Kita hidup di zaman Industri 4.0, yakni ketika internet sudah menjadi bagian hidup kita sehari-hari. Bahkan sudah menjadi peribahasa umum yakni harta, tahta, kuota. Tidak ada kuota, kita mati gaya. 


Tidak ada kuota, tidak bisa apa-apa di rumah. Sebelum ada internet, kita cukup rajin baca buku, kalau sekarang, enggak ada internet enggak bisa posting. Enggak bisa lihat informasi terbaru. Seperti itulah. 


”Itulah istilahnya internet sudah memasuki kehidupan kita sehari-hari. Apakah internet itu hanya dipakai oleh manusia? Oh tidak. Karena kita sekarang sudah tiba di zamannya IoT. IoT itu kondisi di mana hampir semua perangkat yang kita gunakan setiap hari itu sudah terhubung ke internet. Misalnya alarm rumah yang terhubung ke internet. Kalau ada orang masuk, langsung terkirim notifikasinya ke hape kita. Dan yang bisa memberikan instruksi kepada rumah untuk mengenali orang masuk itu adalah seorang data saintis,” kata Pujo. 


Untuk menjadi data saintis yang baik, menurut Pujo, orang harus menguasi komputer, algoritma, bisa bikin coding, aplikasi, memahami matematika, statistik, dan yang lebih penting lagi adalah cara berpikir. 


”Pandemi yang sudah hampir dua tahun menimpa kita ini banyak mengubah kehidupan kita secara luas. Baik itu dari politik, ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan. Kebutuhan kesehatan itu apa? Masyarakat butuh perlindungan terhadap wabah. Meningkatkan kesehatan warga agar bagaimana caranya tidak terkena covid-19,” kata alumnus S-1 dan S-2 ITB ini. 


Keilmuan bidang teknik elektro di era pandemi ini banyak digunakan untuk mendukung peran pemerintah dalam 3T: Testing (pengujian), Tracing (penelusuran), dan Treatment (perawatan).


Menyoal lebih spesifik peran teknik elektro, kamera sensor suhu yang biasa ada di pintu masuk hampir setiap tempat, misalnya bank atau mal, menurut Pujo, itu salah satu bentuk konkret bagaimana teknik elektro dapat berperan serta. 


”Ini cukup berguna untuk meminimalkan kontak antarmanusia, dengan menggunakan kamera yang bekerja secara otomatis. Itulah tujuan IoT dan analisis data. Kalau demam jangan masuk mal, kalau suhunya di atas 37 derajat. Dari mana tahu kita demam? Jadi komputer dapat membaca citra yang diambil oleh kamera infrared ini, kemudian menerjemahkannya sebagai demam. Nah, itu masuk testing,” tuturnya.  


Selain kamera pengukur suhu, ada juga GeNose. Alat yang dikembangkan oleh UGM dengan dukungan Badan Intelijen Negara ini, menurut Pujo, bukan untuk mendeteksi virus. Hal ini yang perlu dicatat. 


”GeNose bekerja dengan mendeteksi trace zat kimia dari napas penderita Covid-19. Untuk mendapatkan hasil penilaian itu, para penelitinya mengumpulkan ratusan bahkan ribuan hasil uji napas. GeNose dapat membedakan napas orang yang sehat dan orang kena covid-19 sebagai salah satu contoh aplikasi data sains, sebagai lanjutan dari instrumentasi perangkat elektronika untuk kesehatan,” tandasnya. 


Selanjutnya Pujo juga menyoroti bagaimana aplikasi kesehatan Halodoc bekerja. Halodoc dapat dipandang sebagai aplikasi yang sangat bermanfaat, utamanya pada saat pandemi ini, karena dapat meminimalkan tatap muka bagi orang-orang yang butuh obat dari apotek atau pertolongan dokter, tetapi tidak bersifat darurat. 


Ibarat penjahit


Selain memfasilitasi konsultasi dokter jarak jauh ataupun pembelian obat-obatan, dari data yang dikumpulkan, Halodoc juga dapat teridentifikasi para pembeli obat paket covid-19 dan bagaimana persebarannya. Inilah artinya data yang punya nilai, karena dari data transaksi tersebut bisa diterjemahkan menjadi suatu wawasan yang bermakna. 


”Teknik elektro itu seperti tukang jahit. Siapa yang datang ke kita ingin dibuatkan baju apa, ya kita buatkan. Siapa yang ingin dibuatkan analisis data untuk vaksinasi, ya kita buatkan mesinnya untuk menganalisis. Termasuk soal PCR, itu pengembangan instrumentasi biomedika. Termasuk soal pengembangan vaksin juga itu erat kaitannya dengan analisis data sains,” ucap Pujo. 


Pria yang pernah menjadi Kaprodi Teknik Elektro UMBandung pertama ini menyatakan, data sains itu termasuk cabang teknik elektro yang sangat berperan luas dalam semua aspek kehidupan. Kita dapat mengumpulkan data, lalu kita terjemahkan menjadi informasi, informasi ini menjadi pengetahuan atau wawasan untuk mendukung kita dalam mengambil keputusan yang terbaik. 


”Terutama dalam menghadapi wabah covid-19 ini. Teknik elektro itu bergelut dengan hardware dan software. Kita memahami cara pikir komputer, kita memprogram, kita membuat satu sistem yang bisa menyimpan, mengolah, dan menampilkan data, memang itu lebih ke arah software,” katanya.


Namun pemahaman terhadap bagaimana data itu dibangun, bagaimana kita melakukan prosedur penelitian dengan baik, bagaimana kita melakukan prosedur pengolahan bahan data dengan baik dan sistematis, semua itu, lanjut Pujo, kita pelajari di teknik elektro. 


”Bisa kita lihat bahwa dalam setiap keputusan atau solusi terkait covid-19 itu terdapat spektrum keilmuan teknik elektro, terutama dalam hal pengumpulan dan pengolahan data,” lanjut Pujo. 


GPS, GeNose, kemudian kamera infrared bekerja dengan konsep instrumentasi. Selain alat-alat tersebut, data yang dihasilkan kemudian dikirim pakai apa? Perangkat telekomunikasi. Apakah telekomunikasi itu bagian dari teknik elektro? Tentu saja. 


Ilmuwan di bidang Teknik Elektro, tegas Pujo, semakin ke sini semakin diperlukan karena peralatan yang kita gunakan sehari-hari merupakan hasil karya inovasi dalam bidang teknik elektro.


”Kita jangan jadi konsumen saja, tetapi harus jadi inventor, sebagai inovator, bahkan mungkin sebagian dari kita bisa menjadi sebagai pemilik startup (perusahaan rintisan) di masa depan (di bidang Teknik Elektro),” pungkasnya.