Sayyid Quthb, Ulama Pejuang Melajang Sampai Akhir Hayatnya

Notification

×

Iklan

Iklan

Sayyid Quthb, Ulama Pejuang Melajang Sampai Akhir Hayatnya

Sabtu, 21 Agustus 2021 | 21:02 WIB Last Updated 2022-09-12T03:53:10Z

Sayyid Quthb dilahirkan pada tanggal 9 Oktober 1906 Masehi di kota Asyut, Mesir. Dia merupakan anak tertua dari lima bersaudara, dua laki-laki dan tiga perempuan. Ayahnya bernama al-Haj Quthb Ibrahim.

Sayyid Quthb yang lahir dari keluarga yang sederhana adalah seorang anak yang pandai. Ia menghapal al-Qur’an ketika berumur 10 tahun. Selain sekolah pemerintah, ia mendapatkan pendidikan dasar di sekolah Kuttaab (TPA) dan menamatkannya pada tahun 1918. Kemudian di tahun 1921, Sayyid Quth melanjutkan pendidikan Tsanawiyahnya di Kairo.

Saat berusia muda, ia pindah ke Helwan dan tinggal bersama pamannya, Ahmad Husain Utsman, seorang Jurnalis. Pada tahun 1925, masuk ke institusi diklat keguruan dan lulus tiga tahun kemudian sebagai seorang diploma pendidikan. Lalu melanjutkan ke di Universitas Tajhisziyah Daarul al-‘Uluum (Universitas Cairo). Sayyid Quthb adalah salah seorang yang beruntung karena tak sembarang orang bisa meraih pendidikan tinggi ketika itu. Dia membuktikan semangat dan kemampuan belajar yang tinggi kepada kedua orangtuanya, meski dengan bekalpersediaan dan harta yang sangat terbatas. Ia memperoleh gelar sarjana (Lc) dalam bidang sastra tahun 1933.

Meski gemar menuntut ilmu, tidak menyurutkan keinginannya untuk menikah. Cinta pertamanya datang dari desa kelahirannya. Namun, pada tahun ketiga ketika ia belajar di Kairo, gadis itu memilih menikah dengan orang lain. Sayyid Quthb begitu terpukul mendengar berita itu.

Cinta kedua hadir mengembalikan rasa rindunya memiliki pendamping. Gadis ini berasal dari Kairo. Namun sayangnya, ketika hari pertunangannya, wanita tersebut menangis dan menceritakan bahwa Sayyid Quthb adalah orang kedua didalam hatinya. Lagi-lagi Sayyid Quthb merasa kecewa. Maka diputuskanlah hubungannya dengan pujannya..

Kesedihan bercampur kerinduan yang mendalam padanya, terasa pedih. Akhirnya, Sayyid Quthb mengorbankan idealismenya. Ia kembali pada cintanya. Namun wanita itu menolak cintanya.

Dengan kebesaran hati pada takdir Allah, ia berujar “Adakah dunia ini tidak menyediakan gadis impianku? Ataukah pernikahan ini tidak sesuai dengan keadaanku?” Sayyid Quthb pun lebih giat menuntut ilmu.

Setelah lulus kuliah, ia diterima bekerja sebagai pengawas pendidikan di Departemen Pendidikan Mesir. Selama bekerja, ia menunjukkan kualitas yang luar biasa.Ia dikirim ke Amerika untuk menuntut ilmu ke jenjang yang lebih tinggi. Ia sangat memanfaatkan waktunya ketika berada di Amerika dengan menuntut ilmu di tiga perguruan tinggi, yaitu Wilson’s Teacher’s College di Washington, Greeley College di Colorado dan Stanford University di California.

Selain itu, karena kehausannya terhadap ilmu ia berkelana ke berbagai negara di Eropa, Itali, Inggris, Swiss dan berbagai negara lain yang dikunjunginya. Namun perjalanannya itu, tak menyiram dahaganya.

Studi dan mengembara ke berbagai negara membuatnya menemukan banyak problem di beberapa negara sehingga menghasilkan kesimpulan bahwa problem yang ditimbulkan dunia yang semakin matrealistis dan jauh dari nilai-nilai agama. Al-Qur’an adalah jawaban atas segala pertanyaannya.Setelah lama mengembara ia kembali pulang ke negeri asalnya, Mesir.

Di Mesir, ia mengaktualisasikan diri dengan bergabung bersama kelompok pergerakan Ikhwanul Muslimin dan namanya meroket melalui pergerakan itu. Pada tahun 1951 pemerintahan Mesir melakukan pembubaran kaum Ikhwanul Muslimin. Sayyid Quthb melakukan kritikan yang keras pada presiden Mesir, Kolonel Gamel Abdel Naseer. Sayyid Quthb dipenjaraselama 15 tahun karena dianggap hendak menggulingkan pemerintahan.

Pertengahan tahun 1964, Sayyid Quthub sempat dibebaskan atas permintaan presiden Irak, Abdul Salam Arief, yang sedang berkunjung ke Mesir. Namun kehidupan bebas tak lama dinikmatinya. Setahun kemudian, ia kembali ditahan bersama tiga saudaranya yaitu Muhammad Quthb, Hamidah dan Aminah. 20.000 rakyat Mesir lainnya ikut serta dalam penahanan ini dengan alasan Ikhwanul Muslimin membuat gerakan yang berusaha menggulingkan dan membunuh presiden. Hukuman yang diterima oleh Sayyid Quthb kali ini lebih berat. Ia dan dua kawan seperjuangannya dijatuhi hukuman mati.

Karya-karya yang dihasilkan Sayyid Quthb diantaranya, “Muhimmat al-Syi’r fi al-Hayaah” tahun 1933, “Naqd Mustaqbal al-Tsaqaafah fi Misr” tahun 1939, “Al-Tashwiir al-Fanni fi al-Qur’an” tahun 1945, “Masyaahid al-Qiyaamah fi al-Qur’an”, “’al-Adalah al-Ijtima’iyyah fi al-Islam”, “Ma’rakah al-Islam wa ar-Ra’s al-Maliyyah”, “Fi Zhilaail al-Qur’an”, “Diraasat Islaamiyyah”. Dalam penjara, ia juga terus berkarya. Karyanya antara lain, “Haadza al-Diin”, “Al-Mustaqbal li haadza al-Diin”, “Khashaa’is al-Tashawwur al-Islaami wa mu Muqawwimaatihii’ al-Islaam wa Musykilah al-Hadhaarah, “Fii Zhilal al-Qur’an” dan sebuah buku “Mengapa Saya Dihukum Mati”, hasil coretan tentang pertanyaan dan pembelaannya selama dipenjara.

Seringkali kita merasa kecewa ketika cinta berpaling. Seperti yang dialami oleh Sayyid Quthb, kecewa untuk kedua kalinya sungguh pedih. Tapi Sayyid Quthb tetap huznudhan akan takdir Allah. Dia lekas berlari mencari energi cinta Allah demi melupakan kesedihan atas cintanya yang kandas.

“Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluannya).” (QS. Ath-Thalaq [65]:3). Saat kecewa merasa Allah tak adil. Itu karena hawa nafsu mendominasi. Sebabnya, gantungan kita kepada selain Allah. Padahal, kesakitan itu bisa memberikan pelajaran berharga dalam hidup. Jhon Patrick pernah berujar, “Kesakitan membuat Anda berpikir. Berpikir membuat Anda bijaksana. Kebijaksanaan membuat kita bertahan dalam hidup”.

Bagaimana caranya kita bisa menetralisir kekecewaan kita?

Beristirahat sejenak hingga hati benar-benar pulih dan normal kembali. Segeralah mendekat kepada, kenalilah Dia dan cintailah sepenuh hati. Kekecewaan yang dialami adalah agar kita segera berinstropeksi diri, bermuhasabah dan kembali pada langkah cita-cita kita. Jangan lelah untuk berusaha dan berdoa, karena Allah tahu apa yang terbaik!