Sekilas tentang Borondong Majalaya, Oleh-Oleh Khas Bandung

Notification

×

Iklan

Iklan

Sekilas tentang Borondong Majalaya, Oleh-Oleh Khas Bandung

Senin, 14 November 2022 | 14:38 WIB Last Updated 2022-11-14T09:10:54Z


NUBANDUNG.ID
- Bagi sebagian warga Kabupaten Bandung, mungkin tidak asing lagi dengan kudapan manis berbahan dasar gabah beras ketan yang dibalut oleh gula merah cair, yaitu borondong ketan.

Borondong Majalaya adalah makanan khas dijual di tempat oleh-oleh khas Bandung.  Dikenal dengan nama Borondong Majalaya, ternyata makanan yang mengandung karbohidrat tersebut, berasal dari Kampung Sangkan, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.

Secara turun temurun dari orangtua terdahulu, saat ini hanya tersisa sebanyak 18 industri rumahan pembuat borondong ketan yang masih konsisten memproduksi makanan manis tersebut.


“Ada sekitar delapan belas perajin. Kalau yang di tepi jalan hanya ada empat perajin,” kata Yeti (39), perajin borondong di Desa Laksana saat ditemui di rumahya di Kampung Sangkan, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.


Yeti menjadi perajin borondong sejak empat tahun lalu. Dia meneruskan usaha orang tuanya yang sudah berjalan lama sekali. Menurut Yeti borondong memang terkenalnya berasal dari Malajalaya. Padahal, katanya, makanan ini berasal dari Ibun.


Desa Laksana


Yeti pun tidak bisa berbuat apa-apa sebagai perajin borondong yang berasal dari Ibun. “Dari dulu tidak ada yang mepersoalkannya,” kata Yeti.


Mak Erah, nenek Yeti, adalah perintis pembuat borondong di Kampung Sangkan, Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. 


Mak Erah, kata Yeti, mulai membuat borondong pada 1965. Saat itu, menurutnya, Mak Erah membuatkan borodong buat orang-orang kaya.


“Jadi orang-orang kaya itu mengirim gabah ketan dan gulanya. Mak Erah hanya menyediakan tenaga saja,” kata Yeti.


Usaha Mak Erah terus berkembang. Dan menurut Yeti, perajin borondong di Sangkan, dulunya bekerja di Mak Erah.


“Mereka usaha sendiri di rumah masing-masing,” kata Yeti.


“Termasuk juga cucu dari Mak Erah ikut meneruskan warisannya.”


Menurut Yeti, termasuk ibunya ikut meneruskan usaha neneknya itu. Awalnya bareng, namun karena banyak orderan, mereka berpisah membikin usaha sendiri.


Yeti mengaku mulai belajar membuat borondong sejak usia tiga tahun kepada neneknya. Dia mengaku terus belajar hingga SMP.


Dia mengaku mulai membuka usaha borondong sejak empat tahun yang lalu.


“Saya meneruskan ibu saya, Wawat namanya. Beliau sudah meninggal empat tahun lalu,” kata Yeti.


Adapun Wawat meneruskan warisan neneknya Yeti, Mak Erah. Dia menjadi perajin borondong selama sembilan tahun hingga meninggal dunia empat tahun lalu.


Dalam blog yayancibeunying.blogspot.co.id makanan ini pertama kali dibuat oleh Ambu Enit sekitar tahun 1920-an.


Tadinya makanan ini bukan untuk dijual melainkan untuk keperluan peribadi sebagai camilan.


Pada 1940-an anak-anak Ambu Enit, Bi Anah dan Bi Tarsih membuatnya untuk memenuhi kebutuhan orang untuk keperluan hajatan.


Pada awal tahun 1950 makanan ini mulai diketahui banyak orang.


Tetangga-tetangga Bi Anah dan Bi Tarsih pun ikut membantu membuat borondong. Mereka adalah Iming, Enah, Erah, Encoh dan Ioh.


Kemudian mereka merintis membuat makanan ini untuk memenuhi pesanan yang semakin banyak. Mulai dari sanalah makanan ini menjadi jualan warga setempat.


Borondong merupakan makanan yang terbuat dari beras ketan. Ketan yang dipakai adalah ketan yang masih berada di tangkainya.


Bahan tersebut disangrai hingga mekar seperti pop corn. Cangkangnya kemudian dibersihkan dari ketan. Ketan yang telah membentuk seperti pop corn dicampur dengan kinca gula merah atau putih.


Kemudian dibentuk menjadi bulat berbagai ukuran ada yang sebesar bola golf dan ada yang sebesar bola futsal. Selain bulat brondong juga ada yang berbentuk per segi.


Selain bentuk, makanan ini terdiri dua jenis yakni borondong garing dan enten. Borondong garing adalah ketan atau jagung yang dicampur dengan kinca kemudian dibentuk.


Adapun enten adalah yang membungkus ketan atau jagung sangrai. Enten adalah sejenis wajik perpaduan beras ketan dan gula. Untuk menambah aroma makanan ini biasanya ditambahkan pewangi dari buah nanas atau buah mangga jenis kweni.