Tanah Bosscha di Dago untuk HBS dan Rumah Sakit

Notification

×

Iklan

Iklan

Tanah Bosscha di Dago untuk HBS dan Rumah Sakit

Jumat, 24 Maret 2023 | 11:01 WIB Last Updated 2023-03-24T04:01:54Z


Oleh. ATEP KURNIA


NUBANDUNG.ID - K.A.R. Bosscha (1865-1928) pernah menawarkan tanah luas miliknya di daerah Dago untuk keperluan pendirian Hogere Burger School (HBS) dan Bandoengsche Ziekenverpleging. Namun, keduanya tidak terwujud. 


Salah seorang yang mengenang kebaikan tuan kebun dari Malabar itu adalah S.A. Reitsma, wali kota Bandung sementara. Pada November 1920 ia menulis dalam Ter Herinnering aan het 25-jarig Jubileum van den heer K.A.R. Bosscha als hoofd-administrateur der Assamthee-onderneming Malabar, Pangalengan bij Bandoeng (1921). 


Katanya, ia masih ingat sekali bagaimana perjuangan untuk mendirikan HBS di Bandung. Upaya pertama gagal, dan sudah putus asa, karena Menteri De Waal Malefijt sangat menentang, Perdana Menteri Colijn dan Bogaardt tidak lagi bajik, dan Gubernur Jenderal Idenburg menentangnya. Bahkan Depertemen Pendidikan memusuhi. Di saat itu, muncullah sosok Bosscha yang menawarkan persil tanah di Dagoweg. 


Gagasan HBS di Bandung memang sudah lama. Muncul pertama kali saat diusulkan oleh H.W. van Dalfsen pada 5 September 1906, disusul petisi Dewan Kota Bandung kepada pemerintah pada Oktober 1906. Usulan kembali dilayangkan pada 1910 dengan lebih dari 500 penanda tangan. Januari 1911 didirikan komite aksi HBS. Namun, 23 Oktober 1911, dewan Kota Bandung memperoleh jawaban negatif dari pemerintah. Demikian pula pada 1912. Dan tanah yang ditawarkan Bosscha itu setara dengan f. 40.000 (De Preanger-bode, 1 Juli 1915).


Dari guntingan koran lama, penawaran Bosscha kepada Comité HBS Actie itu mengemuka pada 1914. Dalam De Preanger-bode (26 Januari 1914), dikatakan tanah itu cukup jauh dari pusat kota, sehingga mampu meredam kesibukan jalanan yang akan mengganggu pendidikan. Letak tanahnya di Dagoweg, dekat vila milik Van Houten, yaitu di sebelah selatannya, di ketinggian dan drainasenya bagus. 

Untuk mempersiapkan pembangunan HBS di Bandung, Maret 1914, Snuif, insinyur Burgerlijke Openbare Werken (BOW) datang ke Bandung. Saat itu, pilihan sudah ada dua. Pertama lahan Bosscha di Dagoweg dan yang kedua di sekitar Cikudapateuh yang diperuntukkan oleh oleh pengurus Comite HBS. Karena itu, BOW dan Departemen Pendidikan berkonsultasi (De Preanger-bode, 7 Maret 1914).


Dewan Kota Bandung antara lain membahasnya dalam sidang 15 Mei 1914. Agenda pembahasan pembangunan HBS ada pada butir kesebelas, yaitu dalam kerangka merespons surat dari Direktur Pendidikan dan Urusan Agama bertanggal 30 Maret 1914 No. 6169. Pemerintah sendiri sudah menerbitkan keputusan 28 April 1911 No. 3 tentang pendirian HBS itu. Dalam surat disebutkan lokasi milik pemerintah di Bilitonstraat telah dialokasikan dan dianggap sangat cocok oleh pihak BOW. 


Namun, penyelidikan terhadap kecocokan lahan di Dagoweg yang ditawarkan Bosscha pun dilakukan. Dewan Kota Bandung bersikap agar direktur pendidikan memperhatikan lagi surat yang dilayangkan pada 11 Februari 1914 No. 98 (De Preanger-bode, 16 Mei 1914).


Akhirnya, Dewan Kota Bandung menginformasikan bahwa Directeur der BOW, setelah berkonsultasi dengan Inspecteur van het Middelbaar Onderwijs (inspektur pendidikan menengah) dan atas persetujuan Directeur van Onderwijs en Eeredienst, memilih lahan pemerintah di Bilitonstraat untuk mendirikan HBS. Sementara lahan di Dagoweg yang ditawarkan oleh K.A.R. Bosscha, tidak diterima oleh pemerintah untuk pendirian HBS. 


Klaim yang disebut-sebut adalah tanah di Dagoweg terlalu sempit jalannya. Oleh karena itu, Bosscha dapat mendonasikan lagi tanahnya untuk maksud yang baik, yaitu pembangunan rumah sakit umum, yang rencananya sudah ada dan komitenya sudah mulai bekerja (De Preanger-bode, 6 Juli 1914).


Dari De Preanger-bode edisi 20 Februari 1915 kita tahu tanah di Dagoweg yang disumbangkan Bosscha untuk rumah sakit di Bandung atau Bandoengsche Ziekenverpleging luasnya mencapai sekitar 10.000 meter persegi. Sementara uang derma yang sudah terkumpul dari pihak swasta sudah mencapai f. 8000.


Namun, lagi-lagi niat baik K.A.R. Bosscha itu tidak terwujud. Karena tanah yang sebelumnya ditawarkan untuk HBS lalu disumbangkan untuk pendirian rumah sakit itu dianggap terlalu kecil atau sempit untuk mengimplementasikan rencana-rencana yang sudah dibuat. Dengan demikian, pendonor mencoba membeli lagi lahan lain atau sebagian lahan yang berlokasi di seberang Dagoweg (De Preanger-bode, 19 Juni 1915).


Demikianlah, akhirnya HBS Bandung didirikan di Bilitonstraat (Jl. Belitung No. 8) dan dibuka secara resmi pada 1 Juli 1915, sekarang menjadi SMAN 3 dan SMAN 5 Bandung. Sementara Algemeene Bandoengsch Ziekenhuis didirikan di Jl. Pasteur No. 38 dan diresmikan pada 15 Oktober 1923, sekarang menjadi Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin.***


*Peminat literasi dan budaya Sunda.